Sistem Barcode Malioboro Dibagi Lima Zona
Selain menerapkan sistem barcode untuk pengunjung, kawasan Malioboro juga akan dibagi menjadi 5 zona, setiap zona diatur kapasitasnya 500 atau total 2.500 orang di 5 zona pada satu waktu.
Zona pertama dimulai dari Hotel Inna Garuda sampai Mal Malioboro, zona kedua dari Mal Malioboro sampai Kepatihan, dilanjutkan Kepatihan hingga Mutiara sebagai Zona ketiga, sementara zona keempat dari Mutiara sampai Pasar Beringharjo dan Zona kelima dari Pasar Beringharjo sampai titik nol.
“Disetiap zona nanti akan ada sistem barcodenya masing-masing, dan sementara kapasitas sampai 2500 dalam satu waktu, jumlah itu akan terus dievaluasi untuk mengetahui kepadatan,” ucap Wakil Walikota Yogyakarta Heroe Poewadi di Malioboro pagi tadi, Jumat (19/6/2020).
Tidak hanya saat masuk saja, pengujung yang keluar kawasan Maliboro juga akan terekam sistem sehingga dengan begitu jumlah pengunjung yang keluar akan mengurangi kapasitas di dalam zona tersebut sehingga bisa bergantian.
"Ketika pengunjung masuk di barcode berikutnya, otomatis sudah keluar dari zona sebelumnya. misalnya masuk ke toko yang sudah terintegrasi dengan Pemkot akan terdeteksi, barcode setiap zona akan menujukkan keberadaan pengunjung,” jelas Heroe.
Dikatakan, nantinya pengunjung juga akan dibatasi waktunya di setiap zona namun dalam proses uji coba ini masih dilonggarkan. “Ini untuk mengetahui juga berapa waktu yang ideal untuk pengunjung,” imbuhnya.
“Ini memang belum terpasang di semua zona, dan sistem barcode yang baru nanti akan lebih praktis tidak perlu mengisi nomor telepon tinggal memindai dan kirim sudah selesai,” paparnya.
Disisi lain Heroe menerangkan, sejak diterapkan sistem barcode pada tanggal 11 Juni 2020 jumlah pengunjung di Malioboro sudah mencapai sekitar 600 orang per harinya.
“Sebelum diterapkan barcode dalam sehari kunjungan dibawah 500 orang, kalau kita lihat kunjungan hotel juga meningkat sekitar 30 persen,” kata Heroe.
Pihaknya mengaku akan terus mengevaluasi dan memperbaiki sistem barcode di Malioboro, Ia juga berharap penerapan sistem di jantung Kota Yogyakarta itu menjadi percontohan bagi destinasi lain di Yogyakarta saat new normal. (Tam)