Kampung Markisa Blunyahrejo
Bila berkunjung ke Kampung Blunyahrejo Kelurahan Karangwaru Kecamatan Tegalrejo Kota Yogyakarta, para pengunjung akan disuguhkan dengan pemandangan banyaknya tanaman markisa.
Kampung ini memang memiliki budidaya markisa yang dikelola oleh warganya. Maka tak heran, kampung tersebut mendapat julukan 'Kampung Markisa'.
Di lahan seluas 4000 meter tersebut, tumbuh bibit-bibit markisa yang dibudidayakan, bahkan, saat musim panen tiba nanti, warga sekitar bisa memetiknya untuk diolah menjadi sirup dan minuman markisa.
Ketua Rukun Kampung Blunyahrejo, Pratito mengatakan buah markisa mempunyai banyak manfaat seperti mengandung antioksidan tinggi, sumber serat untuk tubuh, hingga mencegah infeksi.
"Kampung markisa ini juga bisa memberdayakan ekonomi warga sekitar. Salah satunya lewat sirup markisa produksi sendiri," katanya Sabtu (20/6/2020).
Untuk perawatan, ia mengaku tidak menemui kesulitan, tinggal diberi pupuk, sementara untuk menjaga kesuburan tanaman tersebut, selama ini menggunakan pupuk kompos, tanpa menggunakan pestisida sedikit pun.
"Agar menghasilkan buah yang bagus, medianya harus langsung ke tanah. Sejauh ini, kami masih memanfaatkan plastik. Dimana plastik tersebut dilubangi agar akar bisa menembus ke tanah," terangnya.
Ia menjelaskan setiap hari warga dijadwal untuk menyiram markisa tersebut. "Sepekan sekali semua anggota kerjabakti. Sementara tiap harinya warga dibagi tugas untuk menyirami tiap pagi dan sore." jelasnya.
Dengan adanya budidaya markisa, Ia berharap Blunyahrejo bisa lebih dikenal sebagai penghasil markisa di Kota Yogya.
Ia menjelaskan jika Warga Blunyahrejo tidak hanya menjadikan Kampung Markisa sebagai kampung tematik yang layak untuk dikunjungi namun juga telah siap menghadapi perubahan iklim.
"Warga menyadari dalam membangun kampung secara menyeluruh mulai dari pola hidup sehat sampai kesiapan dalam perubahan iklim," ujarnya.
Selain markisa, di lahan tersebut warga Blunyahrejo juga menanaminya dengan berbagai sayuran seperti sawi, tomat, kangkung dan beberapa sayuran lainya. "Disini kita juga membudidayakan ikan lele dengan sistem terpal" ungkapnya.
Ia mengatakan terdapat tiga komponen utama kampung iklim, yakni meliputi mitigasi, adaptasi, dan kelompok masyarakat yang mendapatkan dukungan berkelanjutan.
Gotong royong warga Blunyahrejo ini mendapatkan apresiasi oleh Wakil Walikota Yogyakarta, Heroe Poerwadi, menurutnya langkah yang diambil masyarakat adalah bentuk gotong royong dan kepedulian antar sesama masyarakat.
“Kampung ini bagus dan indah, kampung ini muncul dari kesadaran warga yang ingin mengubah kampungnya menjadi lebih baik”, ujarnya memuji.
Selain keindahanya, keunikanya kata Wawali juga terletak pada nama Markisa yang merupakan singkatan dari mari kita bersatu, mari kita bersama, dan mari kita bisa.
"Ini akan menjadi rujukan wisata dari daerah lain, hal ini akan berdampak kepada kunjungan wisatawan dan perekonomian khususnya warga setempat," katanya.
Tentunya, lanjutnya, ini dapat menjadi contoh dan inspirasi buat warga di daerah lain yang ingin mempercantik kampung/lingkungannya”. (Han)