JAGA KELESTARIAN LINGKUNGAN SUNGAI DENGAN MERTI CODE

‘’Peningkatan kepedulian masyarakat, khususnya masyarakat di seputar sungai adalah dengan kepedulian untuk memberikan dan melestarikan kali code. Seperti tidak membuang sampah di sungai, mengambil binatang-binatang sungai ataupun melakukan tindakan merusak habitat sungai, karena itu sebagai awal dari timbulnya bencana banjir dan longsor di sungai’’ kata Herry. Peran serta masyarakat menurutnya penting karena selama ini manusia ditengarai sebagai pengambil manfaat terbesar dari sungai. Dimana sungai tidak tidak semata-mata untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, melainkan juga meningkat penggunaannya sebagai sumber energi listrik dan pariwisata. ‘’Oleh karenanya, even-even seperti Merti Code maupun kegiatan-kegiatan lain yang melibatkan masyarakat seputar sungai maupun yang berhubungan dengan upaya pelestarian lingkungan sungai harus terus dilestarikan. Merti Code menjadi semangat dalam menjaga kelestarian kali code sekaligus sebagai inspirasi masyarakat luas untuk menjadi kelestarian sungai. Jadi tidak sekedar seremoni atau hura-hura, tetapi menjadi kebutuhan akan pentingnya pandangan hidup mengenai hubungan harmonis antara sungai dengan manusia’’ papar Herry. Dalam tradisi Merti Code yang keempat kalinya tersebut, Walikota kembali didaulat mengkalungkan rangkaian bunga melati pada tumbak Kyai Runumurti yang merupakan senjata pusaka pemberian Sri Sultan Hamengku Buwono X. Tumbak tersebut ikut serta dikirabkan bersama dengan tiga buah gunungan yang berisi hasil bumi, mata air dari tujuh belik, serta diiringi 26 komunitas seni dan budaya dari berbagai daerah. Kirab berakhir di Lapangan Blunyah Gedhe dengan pembagian gunungan dan air dari tujuh mata air tersebut kepada masyarakat. (Pan)