DJASYADI PELADEN WALIKOTA YANG  JUJUR & SEDERHANA

Siang itu di ruang tamu Walikota telah hadir beberapa tamu. Rupanya, para tamu yang sedang menunggu itu akan beraudiensi dengan Bapak Walikota Yogyakarta. Mereka adalah tamu dari Kementerian Pekerjaan Umum RI yang akan menyampaikan penghargaan kepada Kota Yogyakarta atas prestasinya. Jumlah mereka tidak kurang dari 10 orang. Setelah para tamu diterima Bapak Walikota, tidak lama berselang muncul seorang bapak lengkap dengan nampan berisi beberapa buah cangkir minuman di tangan. Perawakannya biasa saja, tidak tinggi pun tidak terlalu pendek. Tidak gemuk dan juga tidak terlalu kurus. Ya, sedang-sedang saja. Penampilannya sederhana. Tidak banyak bicara namun murah senyum saat berpapasan dengan siapapun. Who�s the man? Dia adalah DJASYADI, penyaji minuman orang nomor satu di Balaikota Yogyakarta. Pak Djas mengawali karyanya di Pemerintah Kota Yogyakarta pada tahun 1979 dengan bergabung di di Dinas Pekerjaan Umum ( DPU ) Bagian Pertamanan Kotamadya Yogyakarta sebagai pekerja honorer. (Sekarang : Dinas Lingkungan Hidup Kota). Di tempat itu, pak Djas berkarya selama tiga tahun, kemudian pak Djas dipindahtugaskan ke Urusan Rumah Tangga di Bagian Umum Kota Yogyakarta. Berkarya selama sepuluh tahun sebagai honorer akhirnya tahun 1989 pak Djas diangkat menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) dengan diberikan SK Calon Pegawai. Selang waktu setahun yakni tahun 1990 pak Djas mengikuti Prajabatan dan setahun kemudian suami Ibu Pardjiyem ini menjadi pegawai negeri sipil (PNS) tetap dengan golongan I/a. Pak Djas bercerita pada awal menjadi PNS tetap, masa kerja golongannya selama 10 tahun di saat menjadi tenaga honorer yang menjadi haknya tidak dihitung. Pak Djas menyadari bahwa masa kerja golongan selama 10 tahun sewaktu honorer seharusnya dimasukan. Namun karena malu menanyakan pak Djas diam saja. Akan tetapi setelah berjalannya waktu dan atas dorongan teman pak Djas memberanikan diri untuk menanyakan hal tersebut ke Bagian Kepegawaian. Alhasil, usahanya berhasil. Masa kerja golongan 10 dapat dimasukkan ke dalam daftar gaji. �Ya, lumayan bisa menambahi sedikit jumlah gaji yang diterima,� ungkap pak Djas yang sekarang ini bergolongan II/a. Mengenai suka dukanya dalam menjalankan profesinya pak Djas bercerita, di saat semua karyawan Balaikota masih berada di rumah masing-masing pak Djas sudah berada di Balaikota. Mengawali hari kerjanya pak Djas mendahului dengan membukakan pintu ruangan kerja Walikota dan Wakil walikota Yogyakarta. Pak Djas meneruskan pekerjaannya dengan membereskan peralatan minum yang akan digunakan Bapak Walikota , Wakil Walikota dan ( mungkin ) para tamu yang akan datang. Sebelum Pak Walikota dan Wakil Walikota datang minuman sudah ditata pada tempatnya. Pak Djas tidak lupa melihat jadual kegiatan Pak Wali dan pak Wakil siapa tahu ada tamu yang akan �rawuh� sebelum tamu itu datang minuman dan perlengkapannnya sudah siap. Para tamu memasuki ruang kerja Walikota pak Djaspun muncul dengan nampan berisi munuman di tangan. Setelah tamu meninggalkan ruangan pak Djas dengan sigap membereskan sisa-sisa minuman dan siap dengan persiapan untuk tamu yang lain lagi. Begitu seterusnya pak Djas melakukan rutinitasnya. Jam kerja pak Djas mengikuti jam kerja pak Walikota. Kalau pak Walikota pulang agak sore karena masih menerima tamu atau menyelesaikan pekerjaannya, pak Djas juga menunggu sampai sore. �Saya itu, orang yang pulangnya paling akhir setelah pak Walikota. Kalau pak Wali pulangnya terpaksa harus sore ya, saya juga pulang harus pulang sore. �Pokoknya saya pulang meninggalkan kantor setelah Bapak Walikota keluar dari lingkungan Balaikota. Soalnya saya harus menutup kembali ruangan pak Wali setelah pak Wali pulang. Pekerjaan ini sudah saya lakukan terus menerus setiap hari dan akan terus berlangsung apabila saya masih ditugaskan menjadi pelayan minum di sini ( red. Ruang pak Wali),� ujar bapak yang akhir-akhir ini memiliki hobi jalan-jalan pagi ini. Mengenai pekerjaan yang digeluti sekarang ini pak Djas mengaku menjalaninya dengan santai dan betul-betul �enjoy�. Dirinya tidak merasa bosan atau malu dengan pekerjaannya itu. Pak Djas berpendapat dalam bekerja dan melayani, dirinya akan melaksankan dengan sebaik-baiknya. Niat ingsung lilahi ta alla, niatku mantap untuk bekerja. Pokoknya sendiko dhawuh,� ungkap Bapak dari Mardiana Nuraini , Windi Sutiyono, dan Erni Novianti ini. Dalam menjalani hidup pak Djasyadi ternyata memiliki prinsip hidup yang selalu mementingkan keluarga. Dengan penghasilan dari pekerjaan ini dirinya ingin membahagiakan keluarga dalam kondisi yang damai sejahtera dan jauh dari masalah apapun. Kepada rekan�rekannya PNS yang masih muda pak Djas berpesan agar bekerja dengan giat, tekun, jujur dan menjalankan dengan sepenuh hati serta selalu ingat pada yang di atas ( red. Allah SWT ) Memang harus disadari dalam sebuah lembaga, keanekaragaman jenis pekerjaan harus dipahami sebagai suatu kesatuan unsur yang saling mengisi. Apabila setiap unsur saling mengklaim bahwa dirinya atau pekerjaannya yang paling berharga dan paling hebat niscaya roda kelembagaan itu akan menghadapi sebuah masalah. Tetapi apabila semuanya saling menghargai dan mengakui keberadaan kita masing masing, tidak peduli dia seorang tukang sapu, tukang laden, tukang antar surat ataukah dia seorang kepala Seksi, Kepala Bagian dan Kepala Dinas atau yang lainnya, bukanlah mustahil keberhasilan di segala bidang akan kita raih. (@mix)