Inovasi Desain Arsitektur di Masa Pandemi Covid-19
Pandemi Covid-19 yang terjadi sejak akhir tahun 2019 lalu, telah memaksa masyarakat di seluruh dunia untuk membatasi aktivitas sosial secara fisik yang memungkinkan perluasan penyebaran pandemi. Kondisi ini mengubah berbagai cara hidup manusia terutama yang melibatkan kontak fisik antar manusia.
Di bidang arsitektur, baik di bidang praktek profesi maupun akademik, kondisi ini juga menuntut perubahan metode elaborasi dan diseminasi informasi yang sebelumnya melibatkan mobilisasi manusia dan perjumpaan fisik. Pengembangan konten arsitektur melalui proses akademik dan praktek profesi berjalan dengan proses adaptasi kebiasaan baru dengan tetap mempertahankan kualitas.
Melihat fenomena ini, Fakultas Arsitektur dan Desain, Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) menggelar webinar dengan tema “New Normal Architecture and Space: Inovations in Architectural Design and Pedagogy Methods”.
Dekan Fakultas Arsitektur dan Desain UKDW, Winarna mengatakan seminar ini bertujuan untuk melihat bagaimana fenomena pandemi Covid-19 berdampak pada proses pembelajaran di sekolah arsitektur dan praktek profesi arsitektur.
“Selain itu, seminar ini juga diharapkan menjadi ruang diskusi tentang inovasi dan evaluasi yang telah dilakukan baik pada metode pedagogi maupun desain arsitektur,” jelasnya, Senin (12/10/2020)
Pada kesempatan tersebut mewakili Walikota Yogyakarta, Kepala Bappeda Kota Yogya, Agus Tri Haryono menyambut baik kegiatan yang di selengggarakan oleh Fakultas Arsitektur dan Desain UKDW tersebut karena dapat membuka cakrawala berpikir dalam upaya mengembangkan dunia konsep-konsep aristektur baru menghadapi masa pendemi ini.
Ia berharap webinar tersebut dapat memberikan berbagai ide brilliant, inspirasi bagi penggiat arsitektur dalam merancang bangunan di era Pandemik. ”Serta yang tidak kalah penting bagaimana desain bangunan arsitektur tetap memiliki ciri khas gaya Yogyakarta,” jelasnya.
Pada kesempatan tersebut, Ia menjelaskan selama pandemi covid-19, masyarakat lebih banyak menghabiskan waktu di rumah. Untuk itu, lanjutnya penting untuk memiliki hunian yang dapat mengakomodasi segala kegiatan di rumah termasuk bekerja.
”Hal tersebut juga mengubah kecenderungan terhadap kepemilikan hunian dan tentu saja konsep tata ruang arsitektur,” ujarnya.
Menurutnya hal yang mengemuka adalah bagaimana menjawab keinginan dan kebutuhan segmen milenial yang aktif dan dinamis, serta, secara bersamaan juga harus mampu menjawab tuntutan adaptif terhadap efek pandemi covid-19 yang diperkirakan belum dapat dipastikan kapan berakhir.
”Kita semua memahami bahwa masalah covid-19 adalah tantangan terbesar bagi semua sektor, termasuk bagi dunia arsitektur karena menjadi tantangan bagaimana merancang hunian yang memenuhi aspek protokol kesehatan, disamping juga memberikan rasa nyaman bagi siapapun yang menggunakannya,” katanya.
Ia mengungkapkan bagi penggiat arsitektur, kondisi pandemi ini menggambarkan adanya dua pekerjaan rumah besar terkait dengan pasar masa depan. Pertama, bagaimana menjawab keinginan dan kebutuhan segmen milenial yang aktif dan dinamis. Serta kedua, secara bersamaan juga harus mampu menjawab tuntutan adaptif terhadap efek pandemi Covid-19 yang diperkirakan akan terus menetap.
”Masalah Covid-19 adalah tantangan terbesar bagi dunia arsitektur sebab, apapun inovasi arsitektur yang dilakukan saat ini, kuncinya adalah perhatian terhadap persoalan kesehatan. Sehingga segala macam bentuk desain harus dibawa ke sana,” ujarnya.
Untuk itu, Iapun mengajak seluruh masyarakat untuk tetap semangat dan satukan tekad melawan pandemik, mewujudkan desain arsitektur yang memenuhi standar protokol kesehatan, serta memberikan aspek kenyamanan, keamanan bagi siapapun yang tinggal di dalamnya.
”Tidak hanya bagi rumah hunian saja, namun juga bangunan fasilitas umum juga hendaknya dapat dirancang sedemikian rupa sehingga memenuhi standar protokol kesehatan,” jelasnya.
Ia membeberkan selama pandemi covid-19, beberapa bangunan di Kota Yogyakarta telah mendapat sentuhan khusus terkait penerapan protokol kesehatan guna memberikan kenyamanan bagi para pengunjung
”Seperti di pasar trandisional, kami melakukan penerapan jarak dengan pemasangan sekat plastik antar pedagang dan pembeli, Selain itu kami menyediakan wastafel di pintu masuk dan titik strategis pasar disertai dengan screening suhu,” bebernya.
Tak sampai disitu, lanjutnya kami juga mengatur arus pergerakan pengunjung baik arus masuk maupun arus pengunjung. “Dan menyediakan fasilitas belanja online yang bekerjasama dengan GoShop (Gojek) pada 30 pasar di Kota Yogyakarta” katanya.
Selain pasar tradisional, Pemerintah Kota Yogyakarta juga mengalihfungsikan rusunawa bener untuk tempat isolasi bagi para pasien orang tanpa gejala (OTG).
“1 unit terdiri dari 2 kamar dengan keluasan yang memadai. Lantai 1 diperuntukkan untuk lansia dan difabel, berbagai fasilitas di rusun tersebut juga telah memenuhi protokol kesehatam, seperti fasilitas meja dan tempat makan dengan jarak yang sesuai protokol kesehatan, fasilitas Kamar mandi pada setiap kamar dengan pencahayaan yang memadai serta Penyediaan wastafel setiap kamar”, katanya. (Han)