Pemkot Yogya Selalu Libatkan Warga Dalam Penanganan Covid-19
Wakil Walikota Yogya yang juga Ketua Harian Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Pemkot Yogya, Heroe Poerwadi, menjelaskan berbagai kebijakan yang dilakukan oleh Pemkot Yogya dalam mengatasi pandemi Covid-19. Hal itu disampaikan dalam seminar nasional online hasil pengabdian masyarakat yang diselenggarakan oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Universitas Ahmad Dahlan (UAD), pada Sabtu (21/11), di Rumah Dinas Wawali Jalan Suroto Kotabaru Yogya.
Selain Wakil Walikota Yogya Heroe Poerwadi, seminar ini juga menghadirkan Reviewer Pengabdian Kemenristekdikti sekaligus Dosen Universitas Gadjah Mada, Raden Wisnu Nurcahyo dan Kepala LPPM UAD, Anton Yudhana.
Dalam paparannya, Wakil Walikota Yogya, Heroe Poerwadi menuturkan perihal penanganan Covid-19. Di mana sejak awal pandemi Covid-19 ini merebak di Indonesia, Pemkot Yogya selalu melibatkan masyarakat dalam proses penanganan dan pencegahannya. Hasilnya, Yogya sempat mendapatkan predikat daerah terbaik dalam penanganan Covid-19.
Dalam proses penanganan Covid-19, langkah pertama adalah melakukan bloking. Hal ini agar sebarannya cepat terhenti, maka Pemkot melakukan screening, menerjunkan interviewer agar bisa memetakan mana yang harus diminta isolasi mandiri, siapa yang harus di rapid test dan siapa yang harus di swab.
Langkah kedua yang dilakukan Pemkot Yogya dalam penanganan Covid-19 adalah positivity rate yaitu perbandingan antara jumlah kasus positif Covid-19 dengan jumlah tes yang dilakukan.
“Saat ini memang di Kota Yogya, positivity rate yang sedikit di atas rata-rata sekitar 7 persen, ini artinya setiap orang yang diperiksa kita temukan kasus positifnya ada 7 persen. Hal ini harus kita tekan menjadi rata-rata nasional atau sesuai standar WHO,” katanya.
Langkah ketiga yang dilakukan oleh Pemkot Yogya adalah meningkatkan angka kesembuhan dari kasus Covid-19. Saat ini di Yogyakarta angka kesembuahannya cukup tinggi. Untuk itu, setiap hari Pemkot Yogya selalu memonitor angka ketersediaan kamar yang ada di Kota Yogya, terutama kamar untuk menangani kasus-kasus berat.
Hal ini karena sebagian besar kasus Covid-19 yang meninggal dunia adalah mereka yang memiliki riwayat penyakit dan umurnya di atas 50 tahun.
Lebih lanjut, Wawali menuturkan, dampak paling besar yang dirasakan Kota Yogya akibat pandemi Covid-19 adalah sektor ekonomi. Dampak ekonomi ini sangat dirasakan ketika kampus-kampus yang ada di Yogya tutup atau meliburkan diri. Hal ini karena lebih dari 300 ribu mahasiswa yang ada di Kota Yogya dan sekitarnya selama ini yang memberikan kontribusi besar terhadap perekonomian Yogyakarta.
“Untuk itu, kita yang tidak tahu kapan pandemi ini akan berakhir, yang bisa kita lakukan adalah beradaptasi dengan kebiasaan baru. Aktifitas sosial, aktifitas ekonomi ini bisa kita pulihkan kembali dengan syarat kita tertib dalam menjalankan protokol kesehatan,” kata Wawali.
Reviewer Pengabdian Kemenristekdikti sekaligus Dosen Universitas Gadjah Mada, Raden Wisnu Nurcahyo, menuturkan, di masa pandemi, peran perguruan tinggi tidak akan berkurang justru banyak kreativitas yang dibutuhkan untuk membantu masyarakat. Berbagai kreativitas dibutuhkan untuk mengambil peran dalam advokasi, pendampingan, maupun terjun langsung sebagai relawan.
Lebih lanjut, Nurcahyo menuturkan, sumbangsih semua bidang ilmu sangat dibutuhkan, tidak hanya dalam bidang kesehatan, tetapi juga bidang sosial sampai dengan ekonomi. Pandemi menuju era adaptasi dengan kebiasaan baru “new normal” perlu disikapi secara tepat.
“Dampak pandemi Covid 19 ini membawa semua lini terpuruk, kembali untuk bekerja, bersemangat, produktif tidak hanya sebagai simbol. Era adaptasi dengan kebiasaan baru memberikan pendidikan kepada masyarakat bagaimana bersikap, bersosialisasi, berkegiatan, dengan protocol kesehatan,” kata Nurcahyo. (Muc)