Dapur Balita Sehat RW 25 Notoyudan
Untuk membantu pemenuhan kebutuhan gizi anak pada masa pandemi Covid-19, warga RW 25 Notoyudan, Pringgokusuman Kota Yogyakarta dengan sukarela membuka dapur balita sehat.
Ketua RW 25 Notoyudan mengatakan jika warganya memiliki kepedulian terhadap masyarakat terdampak pandemi Covid-19.
“Bantuan uang yang terkumpul selanjutnya dibelikan berbagai bahan makanan untuk diolah di dapur balita sehat,” ungkapnya.
Dengan prinsip ngeluwihi lan bagehi, lanjutnya, seluruh bahan baku makanan sehat untuk balita itu merupakan hasil swadaya masyarakat.
"Dalam proses pembuatan makanan untuk balita itu, relawan dan warga, secara bergotong-royong saling berbagi tugas," jelasnya.
Ia membeberkan jika para warga membagi dalam beberapa kelompok. Ada yang menyiapkan sayur, telur dan buah.
“Ada warga yang menyiapkan telur, ada yang menyiapkan sayur, ada yang menyiapkan buah, kemudian dimasak bersama lantas dibagikan kepada balita,” urainya.
Wakil Walikota Yogyakarta, Heroe Poerwadi sangat mengapresiasi warga RW 25 Notoyudan, ia pun sangat bangga terhadap kepedulian mereka yang ikut membantu masyarakat terdampak pandemi Covid-19.
Pihaknya sangat menyambut baik kekuatan dan kekompakan warga Yogyakarta yang melakukan gerakan dapur balita sehat hingga masa pandemi berakhir.
Wawali mengungkapkan bahwa UNESCO telah mengetahui gerakan sosial dari masyarakat Kota Yogyakarta di masa pandemi dengan membuat dapur balita sehat.
Ia pun melaporkan kepada UNESCO hampir di seluruh Kecamatan se Kota Yogya telah memiliki dapur balita sehat.
“Saya sampaikan bahwa di Kota Yogyakarta kekuatan partisipasi masyarakat sangat tinggi, hal inilah yang membantu Pemkot Yogyakarta menangani pandemi Covid-19,” bebernya.
Menurutnya gerakan dapur balita sehat sebagai upaya pemantauan tumbuh kembang bayi dan balita untuk mencegah stunting sekaligus juga mendukung program posyandu.
Gerakan bagian dari ngluwihi dan mbagehi tersebut, lanjutnya, dilakukan secara mandiri. “Ini merupakan bagian dari ngluwihi dan mbagehi, saling membantu sesama. Nilainya mungkin tidak banyak, tapi yang paling penting adalah partisipasi dari warga itu sendiri,” jelasnya. (Han)