Pemkot Yogya Minta Warga Tingkatkan Kesadaran Kelola Sampah Mandiri
Persoalan sampah kini semakin menghimpit Yogyakarta. Volume sampah yang terus meningkat setiap harinya berdampak negatif dan mengusik kenyamanan kota. Keadaan ini menjadi perhatian serius Pemerintah Kota Yogyakarta untuk segera mencari solusi atas penanganan sampah.
Demikian persoalan penting yang mengemuka dalam audiensi terkait pengelolaan sampah yang dilakukan oleh Lembaga Konsumen Yogyakarta (LKY), bersama dengan Wakil Walikota Yogya, Heroe Poerwadi, Selasa (29/12) di Ruang Sadewa Balaikota.
Menurut Wawali, Pemkot Yogya sejak beberapa tahun lalu sudah melakukan berbagai upaya untuk menekan volume sampah yang akan dibawa menuju Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST) Piyungan dengan memaksimalkan bank sampah.
Di Kota Yogyakarta, setidaknya ada 481 bank sampah aktif. Di bank-bank sampah tersebut, sampah dipilah antara sampah organik dan non organik. Di mana sampah-sampah organik oleh kampung-kampung sayur yang tersebar di Kota Yogya dikelola untuk dijadikan pupuk dan pakan ikan.
“Kami sudah melakukan berbagai upaya untuk menekan volume sampah dengan membuat bank-bank sampah baik di tingkat kecamatan maupun kelurahan. Saat ini kurang lebih ada 481 bank sampah yang aktif. Namun, karena tingkat kesadaran masyarakat yang rendah, penumpukan sampah masih saja terjadi,” kata Wawali.
Untuk itu, Heroe Poerwadi mengatakan bahwa apa yang telah dilakukan oleh Pemkot juga perlu didukung dengan kesadaran masyarakat untuk mengelola sampah secara mandiri. Prinsip 3R (Reduce, Reuse dan Recyle) harus dijalankan dengan baik. Berkaitan dengan hal ini Pemkot telah bekerjasama dengan Institue Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta untuk pengolahan bagaimana bank sampah menjadi salah satu program kerajinan masyarakat.
Dwi Priyono, perwakilan dari LKY mengatakan bahwa ada beberapa poin penting terkait dengan persoalan pengelolaan sampah di Kota Yogya, antara lain, Kota Yogya sebagai pusat wisata dan padat penduduk memiliki lahan yang terbatas, dan tingkat konsumsi yang tinggi. Keadaan-keadaan inilah yang menjadikan volume sampah di Kota Yogya cukup tinggi.
“Keterbasan lahan menjadi kendala terbesar bagi warga Kota Yogya dalam mengelola sampah. Mayoritas warga tidak memiliki lahan yang memadai untuk mengelola sampah. Faktor keterbatasan lahan ini juga berdampak pada minimnya tempat pembuangan sampah,” kata Dwi.
Menyikapi permasalahan itu, ada beberapa solusi yang bisa dilakukan oleh Pemkot Yogya, di antaranya adalah perlunya pendidikan penyadaran tentang sampah, pelatihan dan pendampingan pengolahan sampah bagi bank sampah, dan optimalisasi bank-bank sampai baik di tingkat kecamatan, kelurahan maupun di tingkat RT RW. (Muc)