IBU-IBU PKK KOTA LAKUKAN PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI

Ketua TP PKK Kota Yogyakarta Hj Dyah Suminar mengajak kepada seluruh ibu-ibu di Kota Yogyakarta untuk mengolah sampah rumah tangganya secara mandiri. “Mari kita selalu melakukan pemilahan sampah di tingkat rumah tangga. Libatkan seluruh anggota keluarga untuk  membiasakan memilah produksi sampahnya,” ajak Ibu Dyah ketika Sosialisasi Dan Teknis Pengelolaan Sampah Rumah Tangga di Gedung PKK Balaikota, Rabu (21/11). “Dimulai dari kita, gunakan bahan-bahan yang bisa didaur ulang, minimalkan penggunaan produk kemasan plastik, stereoform atau kaleng untuk kebutuhan rumah tangga,” lanjut Dyah Sosialisasi yang dilakukan untuk mendukung tercapainya Jogjaku Bersih ini diikuti oleh ratusan ibu-ibu rumah tangga di Kota Yogyakarta. Diharapkan dapat tercipta kesadaran di kalangan ibu-ibu rumah tangga untuk mengelola sampah secara mandiri.

Sumber produksi sampah yang paling besar jumlahnya adalah sampah rumah tangga, untuk itu secara sederhana pengolahan sampah dapat dilakukan dengan memilah sampah organik dan anorganik yang bisa dilakukan di skala rumah tangga maupun komunal di tingkat lingkungan. Peran serta masyarakat sangat penting artinya bagi peningkatkan efisiensi pengelolaan persampahan. Kabid Kebersihan Dinas Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta, Ir Suyana, mengatakan, Pemerintah Kota Yogyakarta menargetkan tahun 2008 nanti 20% bisa melakukan pengolahan sampah secara mandiri. Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPSA) Piyungan diperkirakan hanya akan efektif hingga tahun 2012 nanti. Untuk itu meminimalisir sampah dengan kegiatan pengelolaan sampah mandiri merupakan aletrnatif untuk mengantisipasi hal tersebut. Minimalisasi sampah adalah tindakan yang dapat mengurangi sampah sehingga semakin sedikit sampah yang dibuang ke lingkungan. “Minimalisasi sampah bermanfaat untuk mengurangi biaya pengangkutan, memperpanjang umur TPSA, dan mencegah pencemaran lingkungan. Selain itu sampah juga mempunyai nilai ekonomis apabila dikelola dengan baik,” kata Suyana. Masyarakat diharapkan untuk membuang sampah sesuai jam pembuangan. “Buanglah sampah mendekati waktu pengambilan atau sebelum jam 7 pagi. Biasakan perilaku mengurangi sampah. Ibu-ibu bisa membawa tas dari rumah apabila mau berbelanja” lanjutnya.

Bertambahnya jumlah penduduk segala aktifitasnya akan meningktakan produksi sampah. Produksi sampah di Jogja setiap hari kurang lebih 350 ton yang harus diangkut ke TPSA Piyungan. Masyarakat masih menganggap tanggungjawab sampah hanya sebatas mata memandang,  yaitu selama masih di persilnya/wilayahnya saja “Sampah merupakan tanggungjawab penghasil sampah sampai pemusnahannya,” tandas Suyana. Pengolahan sampah dapat dilakukan dengan “metode 3R’ (reduce/mengurangi, reuse/menggunakan kembali, recycle/mendaur ulang) yang bisa dilakukan secara mandiri oleh masyarakat. Sampah dipilah berdasarkan jenisnya yaitu sampah organik/sampah basah dan sampah anorganik. Sampah organik seperti sisa-sisa makanan, sayuran, daun-daunan dan kulit buah diolah lebih lanjut untuk dijadikan kompos. Sedangkan sampah anorganik seperti kertas, plastik, kaca dan logam akan bernilai ekonomis. Sampah anorganik ini bisa juga disedekahkan kepada pemulung untuk menyambung
tali silaturahmi. Pada kesempatan itu Ir Suyana memperkenalkan alat komposter skala rumah tangga untuk pengelolaan sampah organik menjadi kompos yang dapat dilakukan secara sederhana oleh ibu-ibu. (isma)