Terapkan Prokes Bisa Jadi Kunci Jualan Laris di Era Pandemi
Pengetatan Secara Terbatas Kegiatan Masyarakat (PTKM) yang mulai diterapkan pertama kali sejak 26 Januari 2021, memunculkan banyak respon dari masyarakat. Banyak muncul kekhawatiran, terutama dari kalangan pelaku usaha. Mereka mengkhawatirkan pembatasan kegiatan akan berpengaruh pada pendapatan harian.
Ternyata kekhawatiran tersebut tidak terbukti sepenuhnya. Burhanudin, seorang pedagang mie ayam kaki lima, mengaku selalu ada pembeli tiap hari. “Alhamdulillah meskipun pandemi, jualan saya dikunjungi pembeli, meskipun kebanyakan memang beli dibungkus supaya menghindari terjadinya kerumunan,” katanya.
Pria berusia 40 tahun tersebut, membuka jualan mie ayam di Jalan Pujowinatan, Purwokinanti, Kecamatan Pakualaman. Usaha jualan miliknya, dimulai hampir bersamaan dengan awal merebaknya pandemi di Indonesia. “Saya mulai jualan tanggal empat bulan tiga tahun 2020 kemarin.”
Sembari meracik pesanan, tidak lupa Burhanudin membenarkan maskernya. Pada sudut pagar yang dijadikan sandaran, terdapat pojok cuci tangan yang juga menyediakan sabun cair. Selain itu, juga terpampang spanduk bertuliskan rincian protokol kesehatan (prokes) seperti memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak.
Apa yang tertulis dalam spanduk tersebut senada dengan Peraturan Walikota Nomor 51 Tahun 2020. Peraturan tersebut berisi Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Corona Virus Disease-19 Pada Masa Tatanan Normal Baru di Kota Yogyakarta. Termasuk di dalamnya, prokes untuk sektor pariwisata.
Arumi Wulansari, Kasie Promosi Kesehatan Masyarakat Dinkes Kota Yogyakarta, menjelaskan prokes sektor pariwisata sama dengan prokes umumnya. “Hanya saja ada tambahan sesuai dengan PPKM yaitu pembatasan jumlah pengunjung dan jam operasional” tutur Arumi.
Kewajiban menafkahi keluarga, membuatnya semangat bekerja keras dan berpikir kreatif agar jualannya laris. “Sejak awal saya selalu mengikuti himbauan pemerintah. Mungkin dari situ para pembeli jadi percaya kalau jualan saya aman.” tambahnya.
Saat diwawancarai, Burhanudin juga bercerita ia selalu bertanya pendapat pembeli soal mie ayamnya. Dari pendapat mereka, ia terus mengolah agar rasa mie ayamnya dapat disukai oleh lidah pembeli.
“Yang penting pertama kali diingat saat jualan di era pandemi. sekarang adalah taat aturan pemerintah, yaitu menerapkan protokol kesehatan. Selain itu, kita juga harus bisa meracik makanan agar rasanya enak sehingga orang-orang tetap mau beli lagi. Dari situ, saya bisa dapat kepercayaan pembeli,” tuturnya.
“Kalau sekarang yang saya inginkan itu agar bisa jualan online. Misal kerja sama dengan Gojeg dan lain sebagainya. Cuman belum jadi karena belum ada yang bisa diajak kerja bareng jadi admin pnline,” tutup Burhanudin. (Fjr)