MENCARI LAKI-LAKI BARU YANG CINTA DAMAI

’Laki-laki yang melakukan kekerasan terhadap perempuan, maka dia bukanlah
laki-laki, karena mendistorsi sifat kelaki-lakiannya itu sendiri,
Semestinya laki-laki penuh rasa cinta dan dan kebijaksanaan untuk
membangun kolaborasi serta komitmen dengan istrinya’
Herry Zudianto : dalam statement para tokoh masyarakat
tentang keterlibatan laki-laki dalam penghapusan kekerasan terhadap perempuan

Konsep laki-laki baru yang penuh cinta kasih, sabar, terbuka, memberi
dukungan, setia dengan pasangan dan egaliter serta anti terhadap segala
bentuk kekerasan, dikupas secara mendalam dalam talkshow ’Selamat Datang
Laki-laki Baru’ : Pelibatan Laki-laki sebuah Strategi Dalam Penghapusan
Kekerasan Terhadap Perempuan, di Gedung Mandalabakti Wanitatama, Rabu (12/12).
Walikota Yogyakarta H.Herry Zudianto bertindak sebagai pembicara bersama
artis Katon Bagaskara, GKR Pembayun dan Prof Dr Muhajir Darwin. Acara yang
digagas oleh Rifka Annisa ini diselenggarakan dalam rangka memperingati 16
Hari Anti Kekerasan terhadap perempuan sedunia yang digelar setiap tanggal
25 November sampai 10 Desember.
Talkshow ini bertujuan membuka ruang dialog permasalahan seputar laki-laki
termasuk mencoba melemparkan wacana tentang konsep baru menjadi seorang
laki-laki yang relevan dengan situasi saat ini. Selain itu juga untuk
mensosialisasikan serta mengajak masyarakat untuk menyadari pentingnya
keterlibatan laki-laki dalam menghentikan kekerasan terhadap perempuan.
Menurut Herry Zudianto, Laki-laki merupakan seorang pemimpin dalam rumah
tangga, namun pemimpin bukanlah penguasa. Konsepsi pemimpin yang benar
menurutnya, pemimpin adalah pelayan yang harus melayani dan mengayomi
semua yang mengakui kepemimpinannya. Seperti halnya sebagai walikota
bukanlah penguasa, tetapi kepala pelayan masyarakat Kota Yogyakarta.
Herry Zudianto yang mengaku tidak bisa romantis terhadap istrinya ini
memilih tidak menggunakan kekerasan dsalam rumah tangganya apabila
menghadapi beda pendapat dengan istrinya. ”Semua punya kelemahan, beda
pendapat dalam rumah tangga wajar saja. Saya lebih demokratis dan
menghargai pendapat istri” ujarnya.
Sementara itu Prof. Dr. Muhajir Darwin mengatakan, Pada masyarakat
berkultur patriarki, laki-laki harus memenuhi tuntutan masyarakat
patriarkis agar selalu berada dalam proses superior karena hanya dengan
demikian mereka dapat menjaga citra kelaki-lakiannya. Kemajuan perempuan
ditangkap laki-laki sebagai ancaman terhadap eksistensi dan perannya. Hal
demikian pada gilirannya dapat menimbulkan kekerasan terhadap perempuan.
Dalam talkshow itu juga terungkap bahwa di seluruh dunia setidaknya satu
dari tiga perempuan mengalami kekerasan baik kekerasan fisik maupun
seksual. Kekerasan terhadap perempuan membawa dampak serius bagi
korbannya. Laki-laki yang melakukan kekerasan terhadap perempuan pada
dasarnya juga telah melakukan kekerasan terhadap dirinya sendiri. Karena
dengan melakukan kekerasan berarti laki-laki membenamkan dirinya sendiri
ke dalam derajat kemanusiaan yang rendah.
Untuk memberikan jaminan terselenggaranya perlindungan dan pelayanan
terpadu untuk korban kekerasan berbasis gender dan trafficking terutama
perempuan dan anak-anak, Pemkot Yogyakarta telah menerbitkan Perwal no 62
tahun 2007 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Bagi Korban Kekerasan
Berbasis Gender Dan Trafficking.