PBTY 2021, Bukti Semangat Menjaga Toleransi dan Menjaga Keberagaman di Kota Yogya
Pandemi Covid-19 membuat perayaan tahun baru imlek berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, sama halnya perayaan tahun baru imlek, Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta (PBTY) yang biasanya rutin diselenggarakan di Kampung Pecinan Ketandan, Kota Yogyakarta, tahun ini diselenggarakan secara virtual.
Event yang diinisiasi oleh masyarakat Tionghoa yang tergabung dalam JCACC (Jogja Chinese Art and Culture Centre) ini mengusung tema “Save the Nation through Culture”.
Ketua JCACC, Tandean Harry Setio mengatakan PBTY 2021 diselenggarakan selama satu minggu yakni pada tanggal 20-26 Februari 2021, dan puncaknya nanti pada perayaan Cap Go Meh, Jumat (26/2/2021).
“Mengingat saat ini dunia masih menghadapi masa pandemi Covid-19, namun tidak menghalangi PBTY 2021 ini berlangsung dengan meriah, kami juga tidak mau membuat kerumunan. Ini juga merupakan bagian dari kepatuhan mengikuti anjuran pemerintah untuk tidak membuat kerumunan, karena jika ada atraksi barongsai, pasti akan ada kerumunan,” jelasnya, Senin (22/2/2021).
Ia mengungkapkan semua rangkaian acara PBTY dimulai sore hari pukul 17.00 WIB kecuali hari pertama tanggal 20 Februari 2021 lalu yang dimulai pada pukul 18.00 WIB.
Semua rangkaian acara PBTY secara virtual dapat dilihat dan disiarkan secara langsung via YouTube dan Instagram @pekanbudayationghoayogyakarta atau channel Visitingjogja.
Menurutnya penyelenggaraan PBTY di tengah pandemi ini menunjukkan semangat menjaga dan mempertahankan budaya bangsa khususnya budaya Tionghoa yang telah menjadi bagian dari budaya Indonesia.
“Selain itu juga memberi pesan bahwa Kota Yogyakarta sebagai tempat perayaan PBTY ini terus menyuarakan semangat toleransi dan menjaga keberagaman yang ada,” bebernya.
Pada pembukaannya pada hari Sabtu lalu, gelaran ini menyuguhkan Tarian Yue Yuan Hua Hao, kemudian dilanjutkan pertunjukan Barongsai dan Liong Naga.
“Untuk Barongsai dan Liong Naga menjadi suguhan tetap tiap harinya. Selain itu juga ada pertunjukan Wayang Potehi, pertunjukan Wushu serta live music dari Ajiko dan Sansan,” katanya.
Yang menarik dari perayaan PBTY tahun ini adalah meski acaranya berlabel budaya Tionghoa tapi juga menampilkan sejumlah kebudayaan lokal seperti tarian Beksan Adhaninggar Kelasworo, tarian Sekar Jagad, tarian Jaranan Sentherwe, Reog Kendhang.
“Disamping itu juga ada webinar yang menghadirkan pakar budaya Tionghoa seperti Udaya Halim Presiden Persaudaraan Pertiwi dan Didi Kwartanada, ahli sejarah Tionghoa dan tokoh lainnya,” katanya.
Meski diselenggarakan secara virtual, ia berharap PBTY 2021 tetap dapat memberikan kontribusi positif yang besar bagi masyarakat sekitar, baik dari segi pengenalan dan pelestarian budaya, hiburan, maupun pendapatan daerah.
“Konsep daring ini harus tetap memberikan kontribusi positif yang besar bagi masyarakat sekitar, baik dalam hal hiburan, pengenalan dan pelestarian budaya,” harapnya. (Han)