dr Ariyudi Yunita, Komitmen Pelayanan Terbaik Bagi Pasien RS Jogja
Dalam masa pandemi Covid-19, rumah sakit menjadi garda depan menangani pasien yang harus mendapatkan perawatan. Begitu pula Rumah Sakit milik Pemkot Yogyakarta RS Jogja yang dipimpin Direktur Utama dr Ariyudi Yunita (53). Pelayanan terbaik bagi pasien RS Jogja menjadi komitmen di tengah tantangan pengelolaan rumah sakit di masa pandemi.
Yunita menyebut saat kasus Covid-19 meningkat tajam pada bulan Desember 2020-2021, RS Jogja diminta menambah tempat tidur untuk pasien Covid-19. Semula RS Jogja menyiapkan 16 tempat tidur pasien Covid-19. Seiring peningkatan kasus Covid-19, ditambah menjadi 23 tempat tidur dan saat pasien melonjak ditingkatkan dengan menyediakan 40 tempat tidur pasien Covid-19.
“Langkah cepat harus diambil dengan kondisi pandemi ini karena banyak pasien tidak tertolong. Makanya saat kasus meningkat tajam kami juga berusaha menambah bed sesuai aturan 30 persen kapasitas rumah sakit untuk pasien Covid-19,” tutur Yunita, ditemui di ruang kerjanya pada Jumat (5/3/2021).
Dia menyampaikan kini kondisi kasus Covid-19 di Yogyakarta mulai menurun dan tersisa sekitar 5 pasien Covid-19 di RS Jogja yang menjadi rujukan pasien Covid-19. Meski demikian diakuinya kondisi tidak dapat diketahui pasti penurunan itu karena protokol kesehatan terjaga dan mengurangi sebaran atau pasien takut ke rumah sakit lantaran didiagnosis Covid-19. Untuk itu RS Jogja sebagai rujukan pasien Covid-19 berusaha terbaik untuk penanganan pasien.
“Kami bedakan area pasien Covid-19 pada bangsal merah dan pasien non Covid-19 pada bangsal non Covid-19,” ujar Yunita yang mengampu RS Jogja sejak Desember 2018.
Selain pandemi pengelolaan RS Jogja sebagai rumah sakit tipe B juga dihadapkan pada tantangan sistem rujukan berjenjang BPJS Kesehatan. Kondisi itu membuat rumah sakit tipe B sepi, karena pasien diarahkan ke rumah sakit tipe D dahulu. Dia menjelaskan saat dirinya memimpin rumah sakit tipe D Pemkot Yogyakarta RS Pratama cukup kewalahan dengan banyaknya pasien karena sistem berjenjang itu.
“Dengan sistem berjenjang itu makanya pelayanan RS Jogja harus lebih baik dibandingkan tipe D lainnya. Saya berusaha sekali bagaimana agar rumah sakit bisa hidup. Tiap Selasa ada pertemuan komite medis seluruh dokter, kami lakukan evaluasi dan cari solusi terbaik. Bagaimana mengelola pasien tetap loyal di RS Jogja pelayanan harus bagus dan menganggap pasien sebagai pelanggan setia,” jelasnya.
Menurutnya kini ada Peraturan Presiden baru tentang kelembagaan rumah sakit tanpa kelas, artinya rumah sakit akan sama antara tipe C, D dan B. Pihaknya sudah maju ke pusat karena sistem layanan rujukan berjenjang masih dikunci BPJS Kesehatan hingga kuota pasien 60 persen pada rumah sakit tipe C dan D dulu, membuat rumah sakit tipe B kembang kempis karena sepi pasien.
“Saya ingin RS Jogja maju berkembang dengan baik dan menjadi kebanggan Pemkot Yogya. Tapi diskresi dari pemerintah pusat harus bergerak bersama. Dengan kondisi saat ini maka harus kuat, kuat doa, kuat raga dan jiwa,” ucap Yunita.
Meskipun menjabat Direktur Utama RS Jogja, Yunita tidak melupakan jati dirinya di keluarga sebagai ibu rumah tangga, istri dan ibu untuk dua anaknya. Dia selalu meluangkan waktu libur untuk keluarga di rumah maupun bersepeda dengan sang suami. Beruntung suami dan kedua anaknya memahami ketugasanyan dengan pengalaman 17 tahun dokter IGD, dokter puskesmas hingga di rumah sakit.
“Saya kalau di rumah ya sebagai ibu rumah tangga biasa, pakai daster, menyapu dan masak. Hari Minggu harus berempat dengan keluarga. Anak-anak sudah paham dan terbiasa,” pungkas Yunita yang sudah 20 tahun lebih mengabdi sebagai dokter PNS.(Tri)