Instalasi Panen Hujan di Kebun Ngremboko
Keberadaan instalasi panen hujan (IPAH) di Kemantren Tegalrejo yang berada di setiap RW dimanfaatkan sangat beragam oleh masyarakat. Salah satunya ada di RW 03 Jatimulyo, Kricak, yang dimanfaatkan untuk menyiram tanaman di lahan milik Kelompok Tani Dewasa (KTD) Ngremboko.
Seperti yang dituturkan oleh Sadiran, Ketua KTD Ngremboko bahwa keberadaan IPAH di kebun Ngremboko ini sangat berguna untuk menyirami tanaman di kebun.
“IPAH yang ada di Ngremboko kami gunakan untuk menyirami tanaman yang ada di kebun. Toh, airnya cukup bersih dan dapat menghemat penggunaan air,” jelas Sadiran ketika ditemui belum lama ini.
Saat musim penghujan, keberadaan IPAH mungkin dirasa kurang bermanfaat. Namun, saat musim kemarau manfaat IPAH ini akan dirasakan betul oleh warga masyarakat.
Di Ngremboko sendiri terlihat hamparan tanaman sayur dan buah yang sangat hijau. Keberadaan KTD Ngremboko tak lepas dari sejarah lomba lingkungan yang diadakan oleh Kemantren Tegalrejo tahun 2016 yang lalu.
Saat itu, KTD Ngremboko dan lingkungan sekitarnya mendapat juara pertama dan berhak mewakili lomba sejenis di tingkat kota. Upaya pelestarian lingkungan sekitarnya turut merembet kepada pemikiran bagaimana memanfaatkan lahan kosong milik warga hingga sekarang terbentuklah KTD Ngremboko.
Tak sampai disitu, setiap 2 Minggu KTD Ngremboko dapat memanen cabai rawitnya sebanyak rata-rata 3 kg. Hal ini tentu tidak terlepas dari teknik pemeliharaan tanaman cabai yang tepat untuk meminimalisir dampak buruk musim hujan.
Selain memperoleh keuntungan dari hasil penjualan cabai rawit, anggota KTD Ngremboko juga merasakan manfaat adanya penanaman cabai rawit di setiap rumah para anggota yang dapat mengurangi pengeluaran rumah tangga di saat harga cabai rawit sedang melambung seperti saat ini.
Pertanaman cabai di KTD Ngremboko juga ditanam berdampingan dengan tanaman jahe. Diketahui bahwa aroma yang dikeluarkan oleh tanaman jahe dapat mengusir hama, sehingga tidak merusak tanaman cabai.
Berdasarkan data harga bahan pokok harga cabai rawit di Kota Yogyakarta pada minggu ketiga bulan Maret 2021 adalah Rp.50.000 untuk cabai rawit hijau dan Rp.100.000 untuk cabai rawit merah.
“Pada musim hujan, tanaman cabai perlu mendapatkan perlakuan khusus. Hal ini penting untuk dilakukan agar produksi cabai tetap baik. Salah satunya adalah pentingnya penyiraman tanaman setelah hujan. Hal ini bertujuan untuk melarutkan kandungan-kandungan yang tidak diinginkan pada air hujan yang dapat menutup pori – pori daun. Selain itu, penyiraman tanaman setelah hujan juga meminimalisir terjadinya penyakit pada tanaman,” jelasnya.
Selain itu pemakaian mulsa pada tanaman cabai dan tanaman lain yang ditanam langsung ditanah juga dapat meminimalisir dampak buruk curah hujan yang tinggi.
Bahkan sekarang di kebun ini juga berdiri usaha angkringan yang dirintis oleh warga masyarakat sekitar. Angkringan ini sedikit berbeda dengan angkringan kebanyakan, dimana yang dijual di angkringan tersebut harus menggunakan bahan baku sayuran dari kebun yang ditanaminya.
“Misalnya ada warga yang mau membeli mie maka untuk sawi, atau cabai bisa langsung petik dikebun bahkan untuk gorengan ketelanya pun juga hasil panen sendiri dan ini dilakukan secara kontinyu,” jelasnya.
Ia menjelaskan hal tersebut adalah wujud nyata bentuk Gandeng Gendong yang bisa dirasakan oleh warga masyarakatnya sehingga nantinya bisa berdikari untuk ketahanan pangannya. (Han)