Pemkot Yogya Optimalkan Food Estate untuk Ketahanan Pangan
Pemerintah Kota Yogyakarta melalui Dinas Pertanian dan Pangan Kota Yogyakarta mengoptimlakan fungsi Food Estate atau lumbung pangan di Kota Yogyakarta. Terutama untuk ketahanan pangan dan mendukung penanganan stunting di Kota Yogyakarta.
Kepala Bidang Ketahanan Pangan Dinas Pertanian dan Pangan Kota Yogyakarta, Imam Nurwahid mengatakan, program food estate ini tidak semata-mata dilakukan di mana saja. Mengingat dibutuhkan lahan dengan kearifan lokal yang disesuaikan dengan kondisi Kota Yogya.
“Di Kota Yogya sendiri tidak mungkin melakukan perluasan lahan. Kita pada prinsipnya adalah memanfaatkan setiap jengkal tanah dan ruang kosong untuk bisa ditanami dan menghasilkan. Harapan utamanya adalah ketahanan pangan ini semakin meningkat,” ungkapnya Rabu (28/4/2021).
Food estate atau Lumbung Pangan adalah kegiatan usaha budidaya pangan dalam suatu kawasan guna peningkatan cadangan pangan di suatu daerah. Budidaya pangan berupa tanaman, perikanan maupun peternakan dalam suatu kawasan khusus dalam skala tertentu dinilai dapat meningkatkan efisiensi pertanian dan meningkatkan ketersediaan pangan dalam bentuk energi atau kalori, sehingga diharapkan dapat terwujud ketahanan pangan dan gizi.
Dia mencontohkan melalui kegiatan Karang Kitri yaitu meliputi usaha budidaya pertanian dan palawija yang menghasilkan sumber karbohidrat dan sayuran diharapkan menjadi salah satu upaya dalam ketahanan pangan. Selain itu, budi daya ikan dan ternak juga sebagai sumber protein yang gencar dilakukan.
Sejak tahun 2019 sudah terdapat 93 kampung sayur dan 32 lorong sayur yang ada di Kota Yogyakarta. Untuk tahun 2020 berkembang menjadi 111 kampung sayur dan 52 lorong sayur guna meningkatkan ketahanan pangan.
“Kota Yogyakarta sendiri sudah memiliki banyak kampung sayur di tiap-tiap kelurahan untuk memanfaatkan lahan dalam menanam sumber pangan seperti sayuran di pekarangan dengan lahan seadanya,” tambahnya.
Hingga saat ini, Imam mengatakan, seluruh kampung sayur, lorong sayur, lumbung pangan di Kota Yogyakarta sudah mampu memproduksi dan menanam produknya secara rutin dan mampu meningkatkan perekonomian di masyarakat.
“Respon masyarakat sangat baik, apalagi di masa pembatasan sosial spt sekarang ini. Kegiatan pertanian menjadi alternatif yg paling disukai,” ujar Imam.
Imam berharap, perkembangan yang dilakukan oleh masyarakat meningkat. Selain itu masyarakat sangat antusias dan semangat untuk membangun lokasi masing-masing dengan konsep “urban farming” ini. Selain untuk pemenuhan ketahanan pangan sebagai fungsi utama, juga untuk membantu penanganan stunting. Termasuk potensi wisatai dengan menggelar kegiatan bagi para wisatawan untuk berkunjung ketempat-tempat pariwisata yang ada di Kota Yogya.
“Tentu yang diharapkan tidak hanya sekedar “kill the time” selama pandemi saja. Harapan kami ini menjadi budaya yg benar-benar melekat di masyarakat,” jelasnya. (Hes)