Produk Rumah Lampu UPT Logam Yogya Tembus ke Jepang
Sejak tahun 2009 Pemerintah Kota Yogyakarta memiliki Unit Pelaksana Teknis (UPT) Logam di bawah Dinas Perindustrian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM). Kini UPT Logam Kota Yogyakarta tidak hanya memproduksi cetakan logam alat rumah tangga, komponen sepeda motor, komponen penarik ban cadangan mobil dan produk logam lain tingkat lokal. Bahkan produk olahan berbahan logam aluminum yakni rumah lampu bisa tembus ekspor bekerja sama dengan satu produsen elektronik asal Jepang.
“Kami sudah produksi downlight (rumah lampu) ini sejak sebelum pandemi. Setelah pandemi pesanan produksi meningkat. Tapi kami sebenarnya kewalahan karena keterbatasan pada tenaga finishing,” kata Kepala UPT Logam Kota Yogyakarta, Nafiul Minan, belum lama ini.
Dia menyebut, sebelum pandemi UPT Logam memproduksi dan mengekspor berkisar 3000 sampai 4.000 unit/bulan rumah lampu downlight. Setelah pandemi Covid-19 permintaan dari produsen elektronik meningkat menjadi 12.000 unit/bulan downlight. Namun permintaan itu sampai ini belum bisa dipenuhi karena keterbatasan tenaga finishing.
Ekspor produk downlight lampu ke Jepang itu adalah hasil kerja sama UPT Logam Yogyakarta dengan PT Yogya Presisi Tehnikatama Industri (YPTI) dan produsen elektronik asal Jepang sejak tahun 2019. Kerja sama itu berawal dari keberadaan mesin digesting milik UPT Logam Kota Yogyakarta yang tidak pernah dipakai. Kemudian melalui PT YPTI itu produsen elektronik asal Jepang tertarik bekerja sama memproduksi downlight lampu.
“Jepang butuh dua tahun untuk melihat proses pembuatannya, keamanan, standar operasional prosedur hingga kerapian administrasi manajemen. Tapi kerja sama dengan Jepang itu enaknya mereka siap membantu manajemen pengelolaan agar produksi tepat waktu, tepat biaya dan tepat jumlah,” urainya.
Rumah lampu atau downlight itu terbuat dari ingot atau aluminium batangan. Aluminium batangan dilebur dan dibentuk menjadi rumah lampu. UPT logam Kota Yogyakarta memproduksi dari bahan baku awal hingga finishing seperti digerindra dan diamplas agar halus. Tapi pengecatan rumah lampu itu dilakukan produsen elektronik langsung di Jepang.
“Sejak awal kerja sama, kami berpikir proyek ini harus bermanfaat untuk masyarakat. Maka sedikit demi sedikit kami tingkatkan peran partisipasi masyarakat. Salah satunya para tenaga finishing produk dilakukan masyarakat,” papar Nafiul.
Dia menjelaskan kapasitas mesin digesting bisa memproduksi 36.000 rumah lampu selama 24 jam. Tapi 7 orang tenaga finishing hanya mampu menangani produksi sekitar 400 unit rumah lampu. Proses finishing juga masih dilakukan secara manual sehingga tidak sebanding dengan produksi yang memakai mesin.
“Tidak mudah untuk memastikan bahwa tenaga finishing mampu bekerja baik. Pihak Jepang sangat teliti dengan produk yang dihasilkan. Produk harus benar-benar dalam kondisi baik. Sedikit tergores saja pasti dikembalikan,” tuturnya.
UPT Logam Kota Yogyakarta tengah mencoba memberdayakan industri kecil menengah (IKM) di sekitar untuk memenuhi kebutuhan bahan baku berupa ingot atau aluminium batangan. Mengingat selama ini IKM logam sudah membuat hal serupa dari bahan aluminium bekas dilebur lalu dibuat alat rumah tangga. Selama ini ingot untuk kebutuhan produksi lampu downlight diperoleh dari luar daerah seperti Sidoharjo, Surabaya dan Bandung.
“Sebenarnya IKM di Yogya bisa memproduksi sendiri, tapi Jepang melihat dari produk, kestabilan dan kapasitas produksi. Jika IKM lokal bisa menyuplai ingot, dampaknya akan luar biasa. Membina pelaku IKM logam di Yogya tidak hanya membuat wajan dan alat rumah tangga. Tapi juga bisa membuat bahan baku ingot jadi downlight lampu yang diekspor,” tandas Nafiul.(Tri)
Keterangan foto : Rumah lampu atau downlight yang diproduksi UPT Logam Kota Yogyakarta yang tembus ekspor kerja sama produsen elektronik asal Jepang.