PRT adalah Pekerja bukan Pembantu

Rekerja Rumah Tangga (PRT) merupakan bagian dari kelompok masyarakat.
Meskipun PRT sangat dibutuhkan, namun apresiasi masyarakat atas kontribusi
PRT sebagai pekerja masih rendah. Realitas menunjukkan PRT masih mengalami
praktek ketidakadilan gender. Hal tersebut bisa dilihat dari anggapan
bahwa PRT adalah rewang atau pembantu, upah rendah bahkan sering ditunda
pembayarannya, tidak ada batasan jam kerja yang jelas, menanggung semua
beban kerja domestik. Kondisi lain adalah tidak adanya hari libur,
minimnya akses untuk bersosialisasi, tidak ada kesempatan mengembangkan
diri dan dianggap sebagai masyarakat kelas dua. Sepertinya nasib PRT
tergantung pada kebaikan majikan. Jika majikan baik maka kondisi PRT juga
baik, demikian disampaikan Jazirotin, Ketua Panitia dalam Penutupan Acara
Gerak Jalan dan Panggung Seni Terbuka yang diikuti oleh sekitar 500
peserta PRT. Acara bertajuk ”Gerakan Bersama Mendorong Terwujudnya
Kesejahteraan PRT” diselenggarakan oleh Rumpun Tjoet Njak Dien, Minggu
(29/6) di Monumen Serangan Umum 1 Maret.
Walikota Yogyakarta H. Herry Zudianto, menyambut baik gagasan Rumpun Njoet
Njak Dien untuk mempublikasikan peran dan posisi yang sesungguhnya dari
Pekerja Rumah Tangga. Walikota juga berpesan bahwa perjuangan dari sisi
hak-hak yang berhubungan dengan hukum harus senyampang dengan terus
membangun persepsi masyarakat akan nilai-nilai dari PRT. ”Dari sisi hukum
adalah mensahkan bagaimana posisioning peraturan-peraturan, Pekerja Rumah
Tangga menjadi bagian dari pekerja formal yang dianggap sebagai profesi
baku. Dari sisi nilai bagaimana membangun persepsi masyarakat, karena
hukum tanpa nilai di masyarakat bila tidak terbangun secara senyampang
dalam pelaksanaannya akan timpang. Sehingga sosialisasi seperti ini saya
harap digalakkan di berbagai media, menyadarkan masyarakat bahwa Pekerja
Rumah Tangga merupakan bagian dari sistem ketenagakerjaan dan diterima
oleh masyarakat sebagai bagian dari penyelesaian berbagai masalah
kerumahtanggaan dan sebagai mitra kerja dari orang yang mempekerjakan,
demikian disampaikan.
Lebih lanjut disampaikan Walikota bahwa kemandirian dan kesejahteraan
tidak akan berhasil apabila tanpa semangat. ”Kemandirian merupakan hal
penting, Pekerja Rumah Tangga jangan merasa tidak mampu tidak berdaya
lemes apalagi putus asa. Apapun pekerjaan kita kalau kita bekerja dengan
profesional, dengan sungguh-sungguh layak dihargai. Caranya jangan terus
berhenti untuk belajar, menambah pengetahuan dan ketrampilan.”
Pada kesempatan tersebut juga diserahkan hadiah dan trophi gerak jalan,
untuk Juara I memperoleh Trophi Walikota dengan hadiah berupa uang sebesar
1,5 juta rupiah diserahkan langsung oleh Walikota. Acara juga dihadiri
oleh Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Yogyakarta
Widorisnomo, SH.MT.