Kebutuhan Permakanan Pasien Isoman di Kota Yogyakarta Dicukupi oleh Para Pelaku Gandeng Gendong

Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta terus berupaya untuk meningkatkan ekonomi warganya, bahkan di tengah pandemi seperti sekarang ini.

Berbagai kebijakan juga telah dilakukan salah satunya adalah melibatkan masyarakat yang sudah tergabung dalam program gandeng gendong yang ada di wilayah untuk ikut serta dalam penyediaan bantuan permakanan bagi para warga masyarakat yang terkonfirmasi positif Covid-19 yang melakukan isolasi mandiri dirumah.

Ketua Harian Satgas Penanganan Covid-19 Kota Yogyakarta, Heroe Poerwadi mengatakan pengadaan bantuan logistik makanan untuk pasien yang menjalani isolasi mandiri di rumah dilakukan berbasis kelurahan melalui kelompok masyarakar yang sudah tergabung dalam program gandeng gendong.

Menurutnya dengan melibatkan para pelaku gandeng gendong yang berada di wilayah tidak hanya memudahkan pasien isolasi mandiri untuk segera memulihkan kesehatannya, tetapi juga mendorong pergerakan ekonomi di masyarakat.

Bahkan, lanjutnya, keterlibatan para pelaku gandeng gendong ini dinilai lebih efisien dan efektif dibandingkan sebelumnya yang memusatkan kebutuhan logistik permakanan di dapur umum yang terletak di daerah Giwangan Yogyakarta.

"Ini lebih efisien dan efektif karena para pelaku gandeng gendong ini berada di tiap-tiap wilayah, jadi kebutuhan logistik permakanan bagi para pasien isoman dapat selalu terpenuhi, dan tidak istilah terlambat dikarenakan jarak yang jauh," tegasnya.

Maka dari itu, tambahnya, selain para pasien terpenuhi akan gizi dari sisi logistik makanannya, para pelaku gandeng gendong pun juga tetap bisa mendapatkan keuntungan dari program ini. "Sama-sama saling diuntungkan, ini lah yang dinamakan gandeng gendong," ujarnya.

Pihaknya menjelaskan bahwa penentuan para pelaku gandeng gendong tersebut adalah kewenangan dari Kelurahan. "Kelurahan memiliki otoritas untuk menentukan kelompok kuliner yang akan memasak makanan untuk kebutuhan logistik pasien isolasi mandiri," ujarnya.

Sementara itu Kepala Seksi Perlindungan Sosial Dinas Sosial Tenagakerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans) Kota Yogyakarta, Fendi Widyanto menambahkan bantuan makanan siap saji tersebut diberikan dua kali sehari untuk makan pagi dan sore dengan harga Rp19.000 sekali makan.

Setiap pasien yang menjalani isolasi mandiri di rumah setidaknya memperoleh bantuan logistik selama 10 hari. "Setiap pasien memperoleh bantuan makanan siap saji dua kali dalam sehari dengan menu yang berbeda-beda untuk makan pagi, dan sore," ujarnya.

Alokasi anggaran untuk setiap menu ditetapkan Rp19.000 dan dipastikan kebutuhan gizi untuk mendukung pemulihan pasien tetap terpenuhi. "Ini merupakan bentuk kepedulian pemerintah terhadap pasien dan keluarga pasien yang terkonfirmasi positif untuk memenuhi kebutuhan logistik sehari-hari. Namun demikian, kami pun berharap agar tren kasus di Kota Yogyakarta semakin turun," katanya.

Saat ditanya tentang bagaimana proses bantuan logistik permakanan tersebut bisa sampai ke pasien yang melakukan isolasi mandiri dirumah, Fendi menjelaskan jika pihak Kelurahanlah yang mengajukan ke Dinsosnakertrans bantuan tersebut

"Kelurahan yang mengajukan ke dinas melalui eoffice, dilampiri dengan surat rekomendasi daru puskesmas, foto copy kartu keluarga atau KTP dan, surat keterangan domisili bagi warga luar kota. Setelah surat masuk ke dinas, lalu kami verifikasi," ujarnya.

Verikasi tersebut, lanjutnya dilakukan dengan pihak Kelurahan terkait kelengkapan lampiran dan data. "Setelah fix baru kami informasikan kepada Kelurahan untuk kapan dimulai bantuan logistik permakanan tersebut," terangnya. (Han)