Gencarkan Kampanye Perempuan Disabilitas Inspirasi Nusantara

Kampanye Perempuan Disabilitas Inspirasi Nusantara melalui video digencarkan di Kota Yogyakarta. Kampanye itu untuk menunjukkan perempuan disabilitas dapat berdaya dan berkontribusi bagi masyarakat. Pemerintah Kota Yogyakarta melalui dinas terkait bersama organisasi penyandang disabilitas juga melakukan advokasi kepada penyandang disabilitas agar berdaya.

Menurut Direktur Sentra Advokasi Perempuan Difabel dan Anak (Sapda) Nurul Saadah Andriani  selama ini ada stigma perempuan penyandang disabilitas selalu lemah dan ditolong. Termasuk stigma lain seperti tidak mampu dan tak produktif yang membuat perempuan disabilitas selalu terpinggirkan. Oleh sebab Sapda memproduksi edukasi atau kampanye terkait Perempuan Disabilitas Inspirasi Nusantara melalui video yang bisa diunggah di media sosial.

“Melalui kampanye terkait Perempuan Disabilitas Inspirasi Nusantara kami ingin memperlihatkan perempuan penyandang disabilitas sebenarnya perempuan yang tangguh mempunyai kapasitas dan bisa berkontribusi bagi masyarakat,” kata Nurul saat jumpa pers melalui video telekonferensi di Dinas Komunikasi Informatika dan Persandian Kota Yogyakarta, Jumat (23/7/2021).

Dia menuturkan video  iklan layanan masyarakat menampilkan konsep  perempuan  penyandang  disabilitas dari beragam  suku  budaya, disabilitas  dan  profesi,  untuk  memperlihatkan kapasitas  dan  ketangguhan mereka. Terutama untuk dapat  berkontribusi  terhadap  bangsa  Indonesia dan sebagai inspirasi dari perempuan dan perempuan disabilitas di Nusantara.

Video kampanye melibatkan enam perempuan penyandang disabilitas fisik,  netra,  tuli,  mental dengan keragaman profesi yaitu dosen, pegawai pemerintah daerah, penari, fotografer, pelukis dan penggerak masyarakat dengan beragam latar belakang budaya Indonesia dan 1 talent perempuan bukan disabilitas yang berperan untuk memperlihatan tentang ketangguhan perempuan disabilitas.

“Harapan kami melalui video itu bisa tersampaikan ke masyarakat agar stigma perempuan disabilitas bisa terbantahkan. Pembangunan dengan perspektif gender dan disabilitas bisa betul- betul terepresentasi di Indonesia, khususnya Kota Yogyakarta,” terangnya.

Pihaknya menilai Kota Yogyakarta sudah berjalan ke arah layanan publik yang ramah disabilitas. Hal itu terlihat di antaranya dari fasilitas publik seperti jalan trotoar yang ramah disabilitas dan kantor- kantor layanan Pemkot Yogyakarta sudah aksesibel bagi penyandang disabilitas.

Selain itu bekerja sama dengan Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kota Yogyakarta terkait program- program Pemkot Yogyakarta. Terutama sosialisasi terkait perlindungan perempuan dan anak disabilitas dan mengidentifikasi memberikan dukungan keluarga sampai ke level kelurahan. Program pendampingan disabilitas dengan pilot project di Kemantren Kotagede, Jetis, Wirobrajan dan Kraton.

“Kami kerja sama dengan dinas, PKK dan kader kelurahan sigrak, bagaimana mengidentifikasi menjangkau keluarga yang memiliki anak disabilitas tapi disembunyikan. Kami coba mendukung melakukan advokasi. Untuk layanan kesehatan Covid-19 kami berikan informasi untuk mendampingi penyandang disabilitas dan anak disabilitas yang terpapar Covid-19 karena ada kebutuhan khusus,” jelas Nurul.(Tri)