WALIKOTA KHOTIB SHALAT ID 1429 H DI LAPANGAN TEGAL TERBAN GONDOKUSUMAN

Setelah melaksanakan puasa selama sebulan penuh, Walikota Kota Yogtakarta H. Herry Zudianto dan   ratusan warga di kelurahan Terban  dan sekitarnya memadati di lapangan Tegal, Kelurahan Terban, Kecamatan Gondokusuman Yogyakarta untuk mengakhiri puasanya dengan melaksanakan shalat Idul Fitri 1429 H, Rabu,(1/10).

 

Pada pelaksanaan shalat Idul Fitri 1429 H Walikota Yogyakarta H. Herry Zudianto menjadi Khotib. Sedangkan imam shalat Idul Fitri diperagakan oleh Lukman Hakim dari RS. PKU Muhammadyah Yogyakarta.

 

Walikota dalam khotbahnya mengatakan selain berpredikat sebagai kota pendidikan, kota Yogayakarta juga dikenal sebagai kota multikultul yang juga dijuluki sebagai Indonesia mini. Menyikapi keberagaman ini Walikota mengajak warga masyarakat Yogyakarta untuk menjadikan perbedaan ini sebagai sebuah energi positif  dalam proses pembangunan  Yogyakarta. Oleh karena itu, lanjut Walikota, harus dikembangkan juga Yogyakarta  sebagai City of tolerance ( kota yang penuh toleransi). “ Toleransi berarti ada harmoni, ada saling pengertian dan kesedianaan untuk menerima, saling mengakui dan mau bekerja sama,” ujar Walikota.

 

Dijelaskan, toleransi dalam konteks City of Tolerance, mengandung makna yang lebih lus melampaui pengertian toleransi antar suku, etnis, agama, dan budaya. Toleransi juga menyentuh aspek struktur masyarakat dimana tidak ada kesenjangan social dan ekonomi yang tidak terjembatani di dalam masyarakat yang dapat memicu konflik antar kelompok. Semangat toleransi ini juga  yang menjadikan masyarakat kota Yogyaarta memiliki kekompakan yang tinggi tanpa membedakan status dan kelas sosial dalam menjaga keteriban  kebersihan dan keindahan kota Yogyakarta.

 

Walikota berharap agar “City of tolerance”  juga menjadi bagian dari keistimewaan Yogyakarta. “Saya berharap City of Tolerance “ harus menjadi bagian dari Keistimewaan Yogyakarta disamping keistimewaan Yogyakarta yang lainnya,” tegas Walikota.

 

Dalam mengelola pluralitas, Walikota mengajak warga  agar mengembangkan budaya dialog. Budaya dialog ini menurutnya sangat penting agar terjadi sinergi positif antar warga. Persoalan yang muncul antar kepentingan dapat diselaraskan dengan dialog. Dengan demikian akan tercipta budaya beradab, budaya intelektual dan budaya anti kekerasan.

 

Warga juga diajak untuk  bersikap dan berpikiran positif (positif thinking) atau dalam bahasa agama disebut husnudzon atau berbaik sangka. Selain itu harus mengembangkan sikap dan budaya tepo seliro. Yang menurut Walikota dalam  bahasa moderen mengandung makna  gabungan antara tuntutan bagi pemenuhan hak azasi manusia ( basic human rights) dan kewajiban azasi manusia (basic human obligations). “Tepo seliro mengandung makna bahwa diatas kepentingan individu masih ada kepentingan orang lain dan diatas itu masih ada kepentingan bersama yang dihormati,” ungkap Walikota.

 

Pada kesempatan itu, Walikota mengucapakan selamat Hari Raya Idul Fitri 1429 H, dan memohon maaf lahir dan bathin kepada seluruh warga yang hadir di lapangan Tegal pada khususnya dan juga warga Yogyakarta pada umumnya.

 

Pelaksanaan Sholat Idul Fitri 1429 juga dihadiri oleh Ketua TP. PKK Kota Yogyakarta, Hj. Dyah Suminar Herry Zudianto dan putrinya.

 

Usai melaksanakan sholat ID, Walikota berkesempatan bersilaturahmi dan berhalal bil halal dengan warga di sebuah Masjid milik warga setempat. (@mix)