Tangkal Hoaks Lewat Segoro Amarto Gaman Siber   

Pemerintah Kota Yogyakarta menggerakan Semangat Gotong Royong Agawe Majune Ngayogyakarta Kanthi Hanjogo Keamanan Siber (Segoro Amarto Gaman Siber) untuk menangkal informasi hoaks dan konten negatif di internet. Gerakan itu mendasarkan prinsip gotong royong masyarakat dalam menyaring dan membagikan informasi dari dunia internet atau siber, terutama media sosial.

“Dengan Segoro Amarto Gaman Siber harapannya menjadikan segala sesuatu yang bersifat informasi di media sosial harus didorong semangat gotong royong sehingga bisa menjaga keamanan siber,” kata Wakil Walikota Yogyakarta Heroe Poerwadi dalam seminar bertajuk Segoro Amarto Gaman Siber secara daring, di Balai Kota Yogyakarta, Rabu (25/8/2021).

Seminar bertema Perangi Hoaks Mulai dari Gawaimu itu diadakan oleh Dinas Komunikasi Informatika dan Persandian Kota Yogyakarta bekerja sama dengan Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN). Seminar menghadirkan Wakil Walikota Yogyakarta Heroe Poerwadi dan keynote speaker Sekretaris Utama BSSN Syahrul Mubarak dengan narasumber Kepala Biro Hukum dan Komunikasi Publik BSSN Christyanto Noviantoro, Ketua DPRD Kota Yogyakarta Danang Rudiatmoko dan Kepala Dinas Komunikasi Informatika dan Persandian Kota Yogyakarta Ignatius Trihastono.

Heroe menyampaikan Gaman Siber berasal dari kata gaman dalam Bahasa Jawa yang berarti senjata. Semangat gotong royong dinilainya sudah terbukti saat masyarakat dulu menghadapi penjajah. Gotong royong diharapkan menjadi cara menghadapi banjirnya berbagai informasi yang bisa membuat orang kebingungan. Dicontohkan semangat gotong royong itu misalnya saat mendapatkan informasi dapat mengkonfirmasi dengan teman- teman sekitar terkait kebenarannya.

“Pencarian kebenaran inilah yang harus dibagi dalam gotong royong. Jadi harapan kami dengan Segoro Amarto Gaman Siber ini mampu menjadikan kekuatan daya tahan atau ketahanan nasional atau ketahanan wilayah dalam menghadapi serbuan berbagai macam informasi. Adanya kegotongroyongan kita tidak mudah tersulut oleh suatu informasi yang tidak jelas,” terangnya.

Menurutnya dampak hoaks bisa berakibat fatal. Dicontohkan beredar hoaks terkait Covid-19 dan vaksin sehingga membuat sebagian orang tidak mau divaksin karena termakan informasi atau berita yang tidak terkonfirmasi. Dampaknya orang itu belum divaksin, abai protokol kesehatan dan saat terkena kondisinya parah dan bisa meninggal.

“Di Yogya punya jaringan sistem informasi. Misalnya lewat WA grup lurah, ketua LPMK dan RT/RW. Dalam grup itu informasi yang masuk dikonfirmasi dan disaring. Perlu ada key person untuk mencarikan kebenaranya,” papar Heroe.

Pihaknya juga menyoroti terkait keamanan aset data pribadi di dunia siber. Misalnya akun media sosial yang dipalsukan rentan disalahgunakan. Oleh sebab itu masyarakat diharapkan waspada terhadap siapa yang diajak berkomunikasi dan saat transaksi menggunakan internet. 

Sementara itu Sekretaris Utama BSSN Syahrul Mubarak menyebut pengguna internet di Indonesia mencapai 202 juta atau lebih dari 60 persen, ada 170 juta pengguna media sosial dan 345 pengguna smartphone. Dia mengatakan hal itu menjadi kekuatan sekaligus ancaman, sehingga masyarakat diharapkan tidak langsung percaya dengan terhadap hal- hal yang beredar di media sosial tanpa klarifikasi.

“Segoro Amarto Gaman Siber dari Pemkot Yogyakarta sangat relevan dengan prinsip- prinsip menjaga ranah siber Indonesia. Oleh sebab itu BSSN menggandeng Pemkot Yogyakarta untuk berkolaborasi mengedukasi masyarakat dalam menghadapi gempuran hoaks,” ucap Syahrul.

Ditambahkan Syahrul, selama pandemi Covid-19, pusat keamanan siber BSSN mencatat selama tahun 2020 ada sekitar 500 juta serangan siber. Ada peningkatan sampai Agustus 2021 jumlahnya hampir sama selama 2020. Serangan di antaranya meliputi serangan teknis seperti malware dan phising serta serangan sosial seperti hoaks terkait Covid-19 dan vaksinasi.(Tri)