Perkuat Ketahanan Pangan Lewat Kampung Sayur

Pemanfaatan lahan kosong di perkotaan dengan cara ditanamai berbagai macam tanaman dapat mendatangkan berbagai manfaat, seperti yang dilakukan oleh Kelompok Tani Winongo Asri berada di RW 07 Kelurahan Patangpuluhan, Kemantren Wirobrajan, Kota Yogyakarta.

Ketua RW 07 Patangpuluhan, Heli mengungkapkan berbagai manfaat telah dirasakan warga masyarakatnya setelah mereka menanami berbagai macam tanaman di lahan kosong yang berada RW tersebut. 

"Banyak manfaatnya antara lain bisa sebagai apotek, lumbung hidup, kampung sayur, dan bank hidup," ujarnya Rabu (22/9/2021).

Disebut lumbung hidup, lanjutnya, karena sewaktu-waktu kebutuhan bahan pokok seperti bayam, umbi-umbian, dan sebagainya tersedia di lahan tersebut. 

Heli membeberkan kelompok tani ini mulai berdiri pada Januari 2020, meski baru berdiri selama satu tahun, namun hasilnya yang mereka dapatkan telah banyak di rasakan warga masyarakat sekitar. 

"Latar belakang adanya kampung sayur ini adalah adanya tekad yang besar dari masyarakat, baik para orang tua maupun muda-mudi. Semua mendukung sehingga kelompok ini lahir atas dasar kebutuhan warga sendiri," jelasnya. 

Ia mengatakan pada awalnya, di wilayah RW 07 ada tanah ‘nganggur’ dan terbengkalai yang rencananya dalam waktu dekat akan dibangun untuk kantor kalurahan.

"Maka dari itu, sebelum tanah dibangun kantor kalurahan, dapat dimanfaatkan untuk menanam sayur dan berbagai macam tanaman. Intinya, tanah ini jangan sampai nganggur tak terpakai," ujarnya Rabu (22/9/2021).

Menurutnya pemanfaatan lahan kosong di sekitar pemukiman yang paling cocok dilakukan adalah dengan ditanami tanaman sayur.

"Lahan tersebut dapat dimanfaatkan untuk budidaya berbagai jenis tanaman, termasuk budidaya tanaman buah dan sayuran," bebernya. 

Namun Setelah kantor kalurahan dibangun, lanjutnya, dan setelah lebih dari setahun menggunakan lahan cikal bakal berdirinya kantor kelurahan, akhirnya kampung sayur pindah lahan di bantaran sungai yang masih berlokasi di kawasan RW 07.

Untuk tanaman yang sering ditanam adalah sayuran, karena menurut warga, sayuran dirasa mudah dalam perawatannya dan umurnya lebih pendek, sehingga bisa cepat panen.

"Untuk tanamannya sendiri ada berbagai macam sayuran, di antaranya terong, kangkung, sawi, tomat, lombok, dan kembang kol. Semua tanaman yang ditanam itu semua hasil ide dari warga sekitar, yang sesuai dengan daerah tropis," jelasnya. 

Selain itu, kelompok Tani Winongo Asri juga membudidayakan ketela rambat atau tela pendhem. "Karena selain ketelanya, daun ketelanya juga dapat dimanfaatkan untuk makan sehari-hari. Biasanya daun tersebut dibuat rujak jlegor," ungkapnya. 

Hasil panen dari kampung sayur tidak hanya dimanfaatkan untuk konsumsi kelompok, tetapi juga dijual kepada warga sekitar yang ingin membeli sayur. Satu ikat daun ketela berharga Rp2.500.

Ia mengungkapkan masyarakat sekitar lahan lebih senang belanja di lahan langsung karena ada keunggulan yang ditawarkan pada konsumen. 

"Keunggulan tersebut antara lain bisa memetik sayur sendiri sehingga masih segar, harga kompetitif dan lebih murah dari pasar, sayuran jelas organik, dan pelayanan yang ramah dari anggota kelompok," jelasnya. 

Di kampung sayur tersebut, juga kerap digunakan sebagai tempat pembelajaran bagi anak-anak Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sekitar RW tersebut. 

"Belajar tidak hanya bisa dilakukan di dalam ruangan sekolah, tapi bisa dilakukan di luar ruangan. Salah satunya bisa dilakukan di kampung sayur," jelasnya. 

Di kampung sayur, anak-anak diajarkan bagaimana cara menanam sayur yang baik dan benar. "Bukan anak-anak saja yang ikut, melainkan juga orang tua dari anak-anak itu diajak ke kampung sayur," katanya. 

Harapannya ke depan, anak-anak dan orang tuanya tidak hanya bisa menanam sayuran tersebut, tetapi juga mau untuk mengkonsumsinya setiap hari. (Han)