Rumaket Bersama Masyarakat Lestarikan Batik dan Wayang

 

 

Dinas kebudayaan/Kundha Kabudayan Kota Yogyakarta menggelar perayaan warisan budaya tak benda berupa wayang dan batik dengan tajuk “Rumaket” pada 25 – 27 September 2021 di gedung pameran temporer museum Sonobudoyo, Yogyakarta. Pembukaan Rumaket dilaksanakan pada Minggu sore (26/9) dengan Pemotongan buntal oleh Wakil Walikota Yogyakarta Heroe Poerwadi dan Direktur Pengembangan dan pemanfaatan Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Restu Gunawan. Hadir dalam kegiatan tersebut Kepala Dinas kebudayaan/Kundha Kabudayan Kota Yogyakarta beserta jajarannya, Seniman dan para pihak yang terkait dengan pelaksanaan kegiatan rumaket.

Heroe menuturkan Yogyakarta sebagai kota budaya yang memiliki potensi seni budaya berupa sumber daya manusia yakni seniman yang kreatif, inovatif dan memiliki warisan budaya tak benda yang sangat berharga bahkan tak ternilai harganya.

“Wayang dan batik merupakan karya hadiluhung warisan leluhur yang bila satu sama lain digandengkan dalam sebuah kreatifitas akan melahirkan inovasi produk yang memiliki kekuatan, keunikan dan ciri khas yang bisa menjadi pembeda (value) sehingga bila digendong dalam sebuah even akan memiliki daya tarik yang luar bisa bagi para pemerhati seni budaya dan masyarakat luas,” kata Heroe.

Selanjutnya Heroe menguraikan bahwa daya tarik tersebut bila dikelola secara ekonomi akan mampu membawa kesejahteraan bagi seniman atau pelaku seni budaya tersebut. Selain itu, proses kreatif dan inovasi tersebut akan menjadi wahana pendidikan seniman muda dalam berkarya pada masa berikutnya.

“Proses kreatif dan inovasi dari generasi ke generasi berikutnya tersebut semakin menguatkan brand Yogyakarta sebagai sumber potensi seni budaya yang berkelanjutan dan memiliki bobot kompetensi nasional bahkan internasional,” imbuh Heroe

Sementara Restu Gunawan, mengapresiasi Pemerintah Kota Yogyakarta yang dalam bahasa programnya menggunakan istilah dalam bahasa jawa seperti gandeng gendong, gandes luwes, rumaket yang mana didalam istilah tersebut terdapat kandungan makna yang dalam.

“Penggunaan istilah dalam bahasa jawa akan mampu menggiring masyarakat untuk lebih memahami makna dan melaksanakannya dalam keseharian,” ungkap Gunawan.

Gunawan juga menyampaikan bahwa Yogyakarta layak memperoleh indeks kemajuan nomor satu se-Indonesia, yang dalam kondisi pandemi tetap berkarya melakukan kreatifitas dan inovasi di bidang seni budaya.

“Melihat derap kegiatan seni budaya di Kota Yogyakarta kami optimis tidak terjadi lost culture (kemandegan proses kreasi seni budaya akibat pandemi),” papar Gunawan.

Kepala Dinas kebudayaan/Kundha Kabudayan Kota Yogyakarta Yetti Martanti mengutarakan kata rumaket yang berarti sumanak banget atau seperti saudara mengandung maksud bahwa kegiatan ini merupakan wadah pertemuan yang sumanak banget antara pelaku seni budaya dengan masyarakatnya.

“Rumaket antara batik dengan pemakainya, rumaket antara dalang wayang dengan penggemarnya yangakan menjadikan hubungan timbal balik antar pihak makin di hati,” papar Yetti.

Yetti juga menginformasikan bahwa dalam rumaket ada kegiatan pameran fotografi wayang yang potret dalam lanskap cagar budaya serta dengan tehnik olah digital yang merupakan karya kolaborasi tiga fotografer kawakan dengan tiga dalang muda. Selain itu juga terdapat Workshop, talkshow dan pertunjukan tari dengan teknologi hologram yang dipadu dengan fashion show yang mengangkat tema filosofi dari batik Sidomukti.

Selanjutnya Yetti juga berharap agar apa yang telah dilakukan dalam upaya pelestarian batik dan wayang disengkuyung semua pihak dan mampu menggugah masyarakat untuk mengambil peran sebagai pelestari warisan budaya secara konsisten dan berkelanjutan. (ant)