TINGKAT RESIKO IBU HAMIL DI KOTA YOGYAKARTA MASIH TINGGI

Ibu merupakan bagian kekuatan Bangsa Indonesia. Kewajiban seorang ibu dari
hamil, melahirkan, masa nifas, serta mendidik, merupakan suatu satu
kesatuan, karena generasi penerus bangsa yang menentukan pertama kali
adalah kaum ibu, hal ini dikatakan Wakil Walikota Yogyakarta Drs. Haryadi
Suyuti dalam acara sosialisasi Gerakan Sayang Ibu di Pendopo PKK kota
Yogyakarta, Senin (25/08)
Ditambahkan Haryadi, gerakan sayang ibu ini hendaknya mendapat dukungan
dari warga masyarakat, sebab Pemerintah Kota Yogyakarta berkomitmen
menekan angka kematian bayi dan ibu melahirkan. Haryadi berharap, agar
program ini terlaksana dengan baik. ” Anane ming gelo, bapak ibu!, kalau
kita tidak sungguh-sungguh, tidak serius, dan sangat naif kalau di Kota
Yogyakarta masih ada angka kematian ibu, baik meninggal karena kehamilan,
melahirkan, maupun nifas,” katanya.
Hal senada dikatakan Kepala Kesejahteraan Masyarakat dan Pengarus Utamaan
Gender Dra. Sri Adiyanti, angka kematian ibu hamil di Kota Yogyakarta
relatif tinggi. Di Kota Yogyakarta jumlah ibu hamil beresiko tinggi
sebanyak 1022 orang, anka kematian 8 orang, anka kematian bayi sebesar 28
bayi. Guna menurunkan angka kematian ibu tidak dapat dilakukan oleh
pemerintah saja, tetapi harus dilakukan bersama-sama, lintas sektor dan
melibatkan masyarakat secara langsung sebagai pelaku, sekaligus sebagai
sasaran.
Sri Adiyanti Berharap, dengan adanya Sosialisasi Gerakan sayang ibu
tersebut akan menyegarkan dan meningkatkan pengetahuan satuan tugas
Gerakan Sayang Ibu tentang berbagai program gerakan sayang ibu dari stake
holder terkait.
Sosialisasi yang dihadiri 40 peserta ini terdiri dari satuan tugas Gerakan
Sayang Ibu (GSI) Kecamatan, menampilkan nara sumber dari Kantor
Pemberdayaan Perempuan Provinsi DIY, Dinas Kesehatan Provinsi DIY, BKKBN,
dan TP PKK Propinsi DIY.