Transformasi Perkampungan di Kota Yogyakarta Jadi Lorong Sayur nan Indah

Lorong sayur dewasa ini banyak digemari di beberapa wilayah Indonesia. Salah satu kota yang intensif memperkenalkan lorong sayur ke warga sejak tahun 2019 adalah Kota Yogyakarta.

Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kota Yogya, Suyana mengatakan lorong sayur yang tersebar di wilayah Kota Yogya terbukti sangat bermanfaat bagi warga di saat pandemi seperti sekarang ini.

"Karena hasil lorong sayur bisa dikonsumsi sendiri maupun dibagikan ke tetangga, bahkan ada juga yang membagikan hasil panen tersebut untuk warga yang sedang isolasi mandiri" katanya, Selasa (12/10/2021).

Ia mengatakan lorong sayur ini biasanya dikelola oleh kelompok wanita tani dan gabungan kelompok tani ini telah ada di semua kelurahan di Kota Yogyakarta.

Pihaknya mengungkapkan hingga saat ini terdapat ratusan kampung sayur yang ada di wilayah Kota Yogya, kampung sayur tersebut, katanya, murni inisiatif dari warga masyarakat. 

"Pada 2019, terdapat 93 kampung sayur dan 32 lorong sayur. Jumlah tersebut berkembang menjadi 111 kampung sayur dan 52 lorong sayur pada tahun 2020," bebernya. 

Ia mengatakan bahwa optimalisasi pengembangan fungsi 'food estate' di Kota Yogya terus dilakukan, karena menurutnya hal tersebut tidak hanya untuk pemenuhan ketahanan pangan sebagai fungsi utama tetapi juga untuk mendukung upaya penanganan stunting bahkan dapat dikembangkan untuk kegiatan pariwisata. 

Ia mencontohkan, salah satu wilayah yang berhasil mengembangkan lorong sayur adalah Kelurahan Bausasran, Kemantren Danurejan.

"Semangat warga dalam memanfaatkan lahan kosong untuk ketahanan pangan patut dihargai. Sepanjang lorong di kelurahan tersebut tampak rapi dan hijau. Gang-gang sempit telah disulap menjadi lorong sayur. Aneka sayuran ditanam dan ditata di kanan kiri jalan gang," bebernya. 

Di Kelurahan Bausasran sendiri terdapat beberapa kelompok tani, salah satunya adalah kelompok tani Bustan Adi. Kelompok tani yang diketuai oleh Sumartinah ini berdiri sejak Februari 2019.

Sumartinah menceritakan pada awalnya para anggota kelompok tani ini tidak berani menanam di pinggir jalan. 

"Takut kalau nantinya mengganggu pengguna jalan. Setelah mendapat izin dari pemerintah desa, akhirnya baru berani untuk menanam di pinggir jalan," bebernya. 

Kelompok tani yang beranggotakan kurang lebih 20 orang ini memanfaatkan pekarangan rumah dan pinggiran jalan rumah atau gang-gang perumahan untuk berbudidaya tanaman sayur. 

"Ini murni atas keinginan dari kami dan Pemkot Yogya juga terus memberikan dukungan, bentuk dukungannya seperti pembagian bibit tanaman, selain itu kami juga kerap diberikan pelatihan melalui program pekarangan pangan lestari," katanya. 

Ia membeberkan tanaman yang sering mereka tanam adalah sayur-sayuran, karena sayuran dirasa paling mudah perawatannya dan paling cepat masa panennya.

"Kangkung, sawi, cabai, dan bayam adalah jenis sayuran yang sering panen, bahkan hasil panennya tidak hanya digunakan untuk kebutuhan anggota sendiri, tetapi juga dijual kepada warga sekitar yang membutuhkan, tentunya dengan harga yang lebih murah," jelasnya. 

Tak sampai disitu, kelompok ini juga telah membuat jadwal untuk perawatan tanaman mereka tiap harinya. 

"Untuk kegiatan perawatan lorong sayur dibagi jadwal agar setiap harinya ada yang bertanggung jawab untuk mengelola lorong sayur tersebut," ungkapnya. (Han)