Pemkot Yogya Kaji Belanja Wisatawan   

Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta melalui Dinas Pariwisata melakukan kajian analisis belanja wisatawan tahun 2021. Salah satunya dengan mengadakan focus group discussion analisis belanja wisatawan dengan melibatkan para pelaku wisata. Kegiatan itu menjadi salah satu dasar menyusun kebijakan peningkatan kualitas sektor pariwisata dan memaksimalkan belanja wisatawan di Kota Yogyakarta.

“Kinerja kunci pariwisata salah satunya adalah belanja wisatawan. Kajian belanja wisatawan ini untuk menghimpun data persepsi wisatawan terhadap produk yang berkaitan dengan pariwisata di Kota Yogyakarta,” kata Kepala Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta Wahyu Hendratmoko saat focus group discussion analisis belanja wisatawan di Hotel Phoenix Yogyakarta, Kamis (21/10/2021).

Wahyu menyatakan kajian itu juga untuk mengetahui perilaku wisatawan saat berwisata ke Kota Yogyakarta. Dengan mengetahui  perilaku wisatawan itu, lanjutnya, dapat menjadi dasar penyusunan strategi peningkatan kualitas sektor pariwisata. Termasuk memacu inovasi yang pada akhirnya dapat memaksimalkan belanja wisatawan yang akan datang,

“Kajian ini kami lakukan dengan serius menghitung agar menjadi data base valid untuk penentuan kebijakan pengembangan pariwisata di Kota Yogyakarta yang akan datang,” paparnya.

Dia menyebut belanja wisatawan tahun 2020 di Kota Yogyakarta sebesar Rp 732.900 dengan lama tinggal 1,63 hari. Berdasarkan data itu dapat dilihat pariwisata lambat dalam menggerakan perekonomian Kota Yogyakarta. Salah satu penyebabnya adalah kondisi pandemi Covid-19.

“Ini menjadi tanggung jawab kita bersama untuk memacu diri melakukan upaya perbaikan- perbaikan yang konkret. Melalui fgd ini semoga dapat diformulasikan bersama upaya- upaya untuk memperkuat kualitas destinasi, industri dan kelembagaan pariwisata di Kota Yogyakarta,” tutur Wahyu.

Menurut Wakil Walikota Yogyakarta Heroe Poerwadi pengelolaan pariwisata harus berubah karena wisata saat ini mengalami pergeseran persepsi dan nilai dibandingkan wisata zaman dulu. Oleh karena itu perlu menguatkan karakter unik wisata, melakukan branding dan identifikasi segmentasi wisatawan di Kota Yogyakarta.

“Langkah kita yang pertama harus temukan hal-hal unik yang tidak ada di kota lain. Itu dikembangkan dan ditawarkan untuk dijual. Mulai tata mana yang akan dijual dan dibranding. Keunggulan komparatif menjadi kekuatan utama tapi juga diimbangi dengan keunggulan kompetitif,” terang Heroe.

Pihaknya menilai perlu menggali segmentasi wisatawan misalnya kelompok premium yang perlu digarap di Kota Yogyakarta. Mengingat perilaku wisatawan kelompok premium memiliki perilaku yang berbeda dengan kelompok wisatawan biasa. Dicontohkan kelompok premium rela mengeluarkan nominal belanja lebih terhadap produk yang memiliki kualitas baik.(Tri)