Pentingnya Literasi Gizi Remaja Untuk Cegah Stunting

Dalam rangka Hari Kesehatan Nasional yang ke-57, Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta menggelar Orientasi Suplementasi Tablet Tambah Darah (TTD) bagi Remaja Putri dengan tema kegiatan yakni “Launching Aksi Bergizi Cegah Stunting untuk Generasi Unggul 8000 HPK” pada hari ini Jumat (22/10) di Ruang Bima Balaikota Yogyakarta. Acara ini secara resmi dibuka Wakil Walikota Yogyakarta Heroe Poerwadi dengan harapan nantinya generasi penerus di Kota Yogyakarta unggul  dalam pembangunan dan kemajuan daerah.

Saat ini, Pemerintah Kota Yogyakarta telah memiliki regulasi Peraturan Walikota Nomor 41 Tahun 2021 tentang Rencana Aksi Daerah Mempersiapkan Generasi Unggul melalui Program 8000 Hari Pertama Kehidupan Tahun 2021-2025.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, Emma Rahmi Aryani mengatakan, berdasarkan Riskesdas 2013, anak usia 5-14 tahun menderita anemia 26,4% dan usia 15-24 tahun sebesar 18,4%. Hal ini berarti sekitar satu dari lima anak remaja di Indonesia menderita anemia. Gambaran kesehatan remaja di Kota Yogyakarta berdasarkan hasil skrining anemia pada tahun 2019 di 10 sekolah dengan jumlah sasaran remaja putri 1500 orang, didapatkan hasil 23%.

Sedangkan anemia pada remaja putri (rematri) yang berdampak pada kesehatan dan prestasi di sekolah dan nantinya akan berisiko anemia saat menjadi ibu hamil menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan janin yang tidak optimal serta berpotensi menyebabkan komplikasi kehamilan dan persalinan serta kematian ibu dan anak.

Hingga saat ini upaya pencegahan dan penanggulangan anemia pada remaja putri dilakukan dengan mengkonsumsi makanan bergizi seimbang (isi piringku), makan cukup sayur buah, dan minum tablet tambah darah secara teratur satu tablet tiap minggu.

Program suplementasi TTD pada remaja putri dimulai sejak tahun 2014 dan saat ini menjadi salah satu intervensi spesifik dalam upaya penurunan stunting. “ Berdasarkan hasil Pemantauan Status Gizi balita tahun 2020, prevalensi balita stunting di Kota Yogyakarta sebesar 14,3%, meningkat dibanding tahun 2019 yang berada di angka 12,3% ,” ungkapnya.

Sementara itu, Wakil Walikota Yogyakarta Heroe Poerwadi mengatakan, delapan ribu Hari Pertama Kehidupan (8000 HPK) adalah masa dimulai dari anak masih dalam kandungan hingga masa remaja akhir usia 19 tahun. “ Upaya ini dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan mulai dari masa anak dalam kandungan sampai masa remaja dengan meningkatkan kesehatan ibu, anak, dan remaja. Program 8000 HPK merupakan kelanjutan dari program nasional 1000 HPK,” Ungkap Heroe Poerwadi.

Oleh sebab itu, Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta saat ini bekerjasama dengan UNICEF membuat Program Aksi Bergizi yang bertujuan memberikan literasi tentang kesehatan di usia remaja. Tujuannya untuk meningkatkan pengetahuan remaja putri tentang pentingnya asupan zat besi di usia  remaja selain pencegahan anemia serta terdistribusinya dan dikonsumsinya TTD untuk remaja putri.

“ Kita harus memperhatikan pola makan anak-anak sekarang, dimana banyak sekali yang menggunakan jasa online atau makan café/resto yang dikhawatirkan akan mengalami diabet karena berlebihan asupan makanan yang tidak seharusnya,” ujarnya.

Selain itu, stunting sendiri bukan disebabkan oleh kemiskinan melainkan asupan gizi yang dimakan tidak seimbang.

“ Kita makan apa yang tubuh kita butuhkan bukan membenarkan gaya hidup diet dengan tidak memperhatikan gizi yang seimbang. Nantinya asupan yang tidak seimbang akan menyebabkan pertumbuhan yang tidak baik dan menjadi dominan penyakit baru yang dialami anak muda,” jelasnya.

Heroe berharap, semua kader di setiap sekolah ikut membantu memperhatikan pola makan siswa-siswi agar menjadikan generasi bangsa yang kuat, tercukupi gizi, sehat dan pintar untuk kemajuan pembangunan bangsa yang lebih baik. “ Mari seluruh kader dari setiap sekolah atur pola makan sesuai porsi yang dibutuhkan oleh tubuh kita. Bukan berdasarkan keinginan atau gengsi,” tambahnya. (Hes)