GKR HEMAS KUNJUNGI UKM KOTA YK

Ketua Dekranas Propinsi DIY GKR Hemas mengunjungi pengrajin batik di Kota Yogyakarta, Rabu (21/01). GKR Hemas bersama rombongan dari Asosiasi Pengrajin DIY, Iwapi dan instansi terkait, disambut oleh Ibu Anna Haryadi beserta pengurus Dekranas Kota Yogyakarta, dan para pengrajin Kota Yogyakarta. Kunjungan dilakukan ke usaha batik lukis milik Pak Anto Suparyanto di Pemukti UH 7/618 Giwangan, dan usaha kerajinan tenun sutera Tugu Mas milik Bp Endro Kuswarjo di Tamansiswa.

GKR Hemas mengatakan, "Yogyakarta tidak memiliki sumber daya alam, maka sumber daya manusia harus digali dengan maksimal. Produk kerajinan  asli Jogja seperti kerajinan batik merupakan potensi luar biasa yang dapat dikembangkan. Dekranas akan selalu berusaha mengangkat para pengrajin melalui pembinaan dan pemasaran";

Diungkapkan Ibu Anna Haryadi, Wakil Ketua Dekranas Kota Yogyakarta, pada tahun 2009 ini Dekranas mempunyai beberapa program unggulan berupa pelatihan produksi, pelatihan disply dan pameran-pameran. Selain itu untuk meningkatkan jaringan pemasaran Dekranas Kota Yogyakarta juga akan memiliki gedung UKM yang nantinya akan dikelola bersama instansi terkait. Di gedung UKM ini nantinya akan dibuka klinik bisnis untuk bisa lebih intensif melakukan pendampingan pada pengrajin/pelaku UKM dalam mengembangkan pemasaran. Baru-baru ini Dekranas Kota Yogyakarta juga mengadakan kompetisi berupa DEKOYA (Dekranas Kota Yogyakarta Award) untuk mendorong pengrajin semakin inovatif dalam menghasilkan karya.

Ditambahkan oleh Ibu Anna, pelaku UKM di Kota Yogyakarta saat ini harus menghadapi beberapa permasalahan. Para pelaku UKM dan pengrajin harus menghadapi persaingan harga yang ketat, apalagi dengan membanjirnya produk import. Hasil produksi para pengrajin yang bernilai seni tinggi dan unik juga masih kurang dihargai. Dari sisi manajemen para pelaku UKM dan pengrajin masih banyak yang belum melakukannya secara sistematis. "Berbagai permasalahan ini akan segera dicari solusinya oleh Dekranas Kota Jogja"; ujarnya.

Kerajinan batik lukis milik Pak Anto sudah dirintis sejak tahun 1974, hingga saat ini mampu bertahan dengan kapasitas produksi 100 potong per tahun. Batik lukis berupa produk hiasan dinding bermotif bunga-bunga, wayang dan burung ini dijual mulai 50 ribu per buah, dan pemasaran lebih banyak dilakukan ke Bali. (isma/humas)