Warga Gedongkiwo Manfaatkan Sumur Resapan Untuk Cadangan Air Bersih

Warga Gedongkiwo, Mantrijeron prihatin atas dalamnya penggaliansumur warga akhir-akhir ini. Banyaknya sampah organik yang tidak termanfaatkan juga mengganggu lingkungan. Kondisi tersebut mendorong warga untuk melakukan konservasi air tanah melalui sumur resapan dan pengelolaan sampah organik untuk dijadikan pupuk.

Demikian hal yang mengemuka dalam Sosialisasi Konservasi Air Tanah Melalui Sumur Resapan Untuk Menjaga Ketersediaan Air Bersih pada Minggu (27/2) di Balai Kampung Gedongkiwo, Mantrijeron, Yogyakarta.

Hadir dalam sosialisasi tersebut Wakil Walikota Yogyakarta Heroe Poerwadi, Mantri Pamong Praja Affrio Sunarno, Danramil dan Kapolsek Mantrijeron, Lurah Gedongkiwo dan tokoh masyarakat di Gedongkiwo.

Menanggapi hal itu Wakil Walikota Yogyakarta Heroe Poerwadi menyampaikan bahwa Pemerintah Kota/Pemkot Yogyakarta telah melakukan pembuatan sumur resapan yang menampung air di jalan-jalan agar dalam 20 menit setelah hujan deras tidak terjadi genangan air di jalanan.

“Selain itu melalui BUMD, Hotel, perusahaan swasta dan Dinas Lingkungan Hidup juga membuat sumur resapan dalam berbagai ukuran yang tersebar di kota Yogyakarta. Adanya kebijakan dalam izin pendirian bangunan baru harus ada lahan terbuka dan sumur resapan, telah meningkatkan jumlah sumur resapan di kota Yogyakarta,” kata Heroe.

Heroe juga menjelaskan bahwa di 3 sungai besar yang melintasi kota Yogyakarta masih ditemukan 200 mata air yang itu bisa diartikan bahwa sumber air tanah di kota masih baik. Sedangkan masalah perbedaan kedalaman adalah dikarenakan letak sumber airnya.

“Ada beberapa kelompok pengelola mata air tersebut yang memanfaatkan mata air untuk memproduk air minum kemasan, antara lain dilakukan di Terban,” papar Heroe.

Sedangkan yang berkaitan dengan sampah Wakil Walikota juga menegaskan bahwa Pemkot berkomitmen untuk mewujudkan nol sampah di tiap kelurahan melalui pengelolaan dan pemanfaatan sampah rumah tangga yang dilakukan melalui optimalisasi bank sampah atau kelompok masyarakat pengelola sampah.

“Harapannya kelompok masyarakat yang mengelola sampah/bank sampah selain memilah juga mengolah sampah menjadi eko-enzim, pupuk organik, dan daur ulang. Dari proses tersebut maka sampah bisa kita ubah menjadi uang,” jelas Wakil Walikota Yogyakarta.

Rohadi Ketua RT 53, RW 11 Gedongkiwo juga menyampaikan bahwa saat ini telah memiliki 20 sumur resapan dan tengah menyiapkan 35 sumur resapan baru serta 20 tempat sampah organik. 

“Sumur resapan tersebut akan kami tempatkan di lokasi tanah yang rendah agar ridak terjadi genangan air dan air hujan tersebut dapat langsung tersimpan di tanah sebagai cadangan sumber air bersih,” urai Rohadi.

Selanjutnya disampaikan Rohadi bahwa tempat sampah yang dibagikan ke rumah-rumah rencananya untuk membuat pupuk organik guna mengurangi volume sampah yang dibuang ke TPST Piyungan.

Dalam kesempatan tersebut Wakil Walikota Yogyakarta Heroe Poerwadi menyerahkan tempat sampah pada tokoh masyarakat secara simbolis, menerima kenang-kenangan tanaman buah dari masyarakat dan mengawali proses pembuatan sumur resapan dengan mencangkul tanah di lokasi yang akan dibuat sumur resapan. (ant)