Penguasaan Bahasa Asing Merupakan Kunci Pengembangan Kampung Wisata

 

Kota Yogyakarta memiliki daya tarik wisata yang menarik dan beragam, mudah dicapai dengan transportasi darat dan udara, memiliki fasilitas penunjang yang memadai serta telah memiliki brand image sebagai destinasi wisata. Dengan keunggulan tersebut, Kota Yogyakarta menjadi salah satu destinasi wisata favorit pada saat liburan, akhir pekan, hari raya maupun tahun baru.

Upaya untuk menjaga dan meningkatkan kunjungan wisatawan harus terus dilakukan dengan terus meningkatkan sumber daya manusia para pelaku pariwisata

Penguasaan bahasa asing merupakan salah satu kunci bagi pelaku wisata di kampung wisata untuk bisa bersaing dan bertahan dalam bidang pariwisata. Hal itu disampaikan oleh Walikota Yogyakarta Haryadi Suyuti dalam Workshop Pengembangan Obyek dan Daya Tarik Wisata yang diselenggrakan Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta pada Rabu (2/3) di Hotel Horison Riss Ultima, Yogyakarta.

Workshop yang diikuti oleh pengelola obyek wisata, pengelola kampung wisata dan embrio kampung wisata se-Kota Yogyakarta dengan narasumber akademisi dam ptaktisi di bidang pariwisata.

“Bahasa asing merupakan sarana kita untuk berkomunikasi dengan wisatawan manca negara oleh karena itu penguasaan terhadap minimal satu bahasa asing sangat diperlukan bagi pelaku pariwisata seperi pengelola kampung wisata,” kata Walikota Yogyakarta.

Selanjutnya disampaikan bahwa pengelolaan pariwisata haruslah tahu produk apa yang ditawarkan dan dijual serta jangan sampai pengelola tidak memahami keunggulan produknya dan salah dalam melakukan pemasaran dan komunikasi.

Haryadi menandaskan bahwa dalam pengelolaan pariwisata harus menguntungkan dan bernanfaat bagi komunitas. Menguntungkan dapat diartikan sebagai adanya aliran rejeki dari wisatawan ke pengelola dan komunitas di destinasi wisata yang merupakan penghasilan dan penyemangat dalam pengelolaan destinasi wisata.

“Pengelola pariwisata harus mengerti ragam pembiayaan baik berupa biaya langsung maupun tidak langsung, biaya tetap maupun biaya variabel agar dalam penentuan harga tidak rugi,” jelas Haryadi

Dalam kesempatan itu Kepala Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta Wahyu Hendratmoko menjelaskan bahwa Workshop Pengembangan Obyek dan Daya Tarik Wisata merupakan sarana meningkatkan wawasan, pengetahuan, ketrampilan dan kompetensi Sumber Daya Manusia (SDM) pengelola pariwisata baik destinasi wisata ataupun kampung wisata dalam melaksanakan layanan.

“Kegiatan ini merupakan langkah yang digagas oleh Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta guna meningkatkan SDM pengelola wisata yang kompeten mengingat tantangan mendatang semakin besar, kompetisi antar destinasi wisata dengan daerah lain semakin ketat, sehingga dibutuhkan kompetensi dan jaminan layanan yang berkualitas,” papar Wahyu

Wahyu juga menyampaikan bahwa Dinas berupaya agar para pelaku dan pengelola destinasi wisata atau kampung wisata di Yogyakarta tetap dapat melihat peluang dan mampu mengatasi berbagai tantangan agar mampu bertahan di masa mendatang.

“Dinas juga juga melihat hal yang lebih penting yakni langkah taktis menghadapi tekanan akibat pandemi Covid-19 ini,” imbuh Wahyu.

Dalam workshop juga dilakukan dialog tanya jawab dimana para pengelola kampung wisata bisa berdialog langsung dengan Walikota Yogyakarta, antara lain adalah Kelik dari Brontokusuman yang menanyakan bagaimana agar luberan wisatawan Malioboro bisa diarahkan ke kampung wisata.

Menanggapi hal itu Walikota Yogyakarta menyampaikan bahwa melalui Dinas Pariwisata akan membuat help desk tentang kampung wisata yang merupakan akses informasi dan promosi kampung wisata. Sedangkan untuk konten di dalamnya kampung wisata hendaknya juga memberikan informasi tentang apa yang para wisatawan bisa lihat (to see), apa yang bisa dimakan (to eat) dan apa yang wisatawan bisa lakukan (to do) di kampung wisata.Berbagai informasi menarik tersebut akan memudahkan pemkot dalam mempromosikan kampung wisata. (ant)