Masa Pandemi, Potensi Ekonomi Yogya Masih Besar   

Pandemi Covid-19 yang melanda 2 tahun lebih, telah mengubah kehidupan, sosial, politik, ekonomi masyarakat. Terutama sektor usaha dan pendapatan pemerintah juga berdampak. Para pengusaha didorong untuk bangkit dan optimis karena potensi ekonomi di Kota Yogyakarta masih terbuka dan dinilai cukup besar.

Wakil Walikota Yogyakarta Heroe Poerwadi menegaskan sejak Agustus 2020 Pemerintah Kota Yogyakarta sudah mencanangkan kebangkitan di masa pandemi. Namun pada tahun 2021, dihantam kasus Covid-19 varian delta dan tahun 2022 menghadapi kasus varian omicron.

“Kami terus mengeluarkan statemen untuk terus bangkit. Ketika bersama hadapi omicron kita juga masih menyerukan kebangkitan,” kata Heroe saat membuka Musyawarah Cabang (Muscab)  ke-7 Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Kota Yogyakarta di Hotel Dafam Fortuna Malioboro, Kamis (10/3/2022).

Diakuinya kebangkitan itu tidak mudah karena kemampuan ekonomi masyarakat sudah lemah lantaran selama 2 tahun tidak bisa maksimal dari sisi pendapatan dan aktivitas ekonomi serta sosial. Heroe menyampaikan pemerintah juga memiliki keterbatasan anggaran karena pandemi dan ada pemotongan anggaran dari pusat.

“Tapi kita tidak pesimis terhadap kondisi yang kita hadapi karena potensi Yogyakarta masih terbuka. Potensi ekonomi di Yogyakarta cukup besar,” paparnya.

Heroe menyebut pendapatan asli daerah Kota Yogyakarta dari pariwisata masih belum pulih 100 persen, tapi sudah berkisar 70-80 persen. Namun selama 2- 3 minggu ini, lanjutnya, ada penurunan lagi. Sedangkan potensi ekonomi Yogyakarta di sektor pariwisata maupun pendidikan di luar hotel, nilai yang terbelanjakan sekitar Rp 1,2 triliun/ bulan.

Menurutnya salah satu sektor yang tidak terpengaruh pandemi adalah kuliner. Jika melihat dari transaksi antar jemput makanan dengan layanan online, Heroe menyatakan ada satu operator yang mendapat sekitar Rp 30 miliar dan operator lainya sekitar Rp 13 miliar. “Itu artinya pelaku ekonomi di bidang kuliner di Kota Yogyakarta tidak begitu terpukul,” ujar Heroe.

Meski demikian Heroe menjelaskan pada sektor pendidikan di Yogyakarta belum pulih karena perguruan tinggi banyak yang belum menjalankan kegiatan belajar mengajar secara penuh. Heroe mengutarakan sejumlah kampus memperkirakan, kalau kasus Covid-19 menurun di bulan April- Mei akan menjalankan kegiatan belajar mengajar  tatap muka. sehingga potensi ekonomi bisa tumbuh lagi di Yogyakarta.

“Saya yakin dan percaya teman- teman HIPMI sudah mempersiapkan diri. Saya berharap di Muscab HIPMI Kota Yogyakarta bisa melahirkan upaya bersama-sama. Saya harap HIPMI Kota Yogyakarta membangun klaster- klaster. Salah satunya klaster khusus yang menyuplai bahan baku agar ekosistem benar- benar terbangun,” terang Heroe.

Sementara itu Ketua BPC HIPMI Kota Yogyakarta, Fajarrudin Achmad Muharom mengatakan anggota HIPMI khususnya HIPMI BPC Kota Yogyakarta berisi 60 persen adalah  startup digital yang bergerak di bidang pendidikan, teknologi informasi dan bidang- bidang lain. Anggota HIPMI Kota Yogyakarta juga ada yang bergerak di bidang fesyen dan kuliner.

“Pengusaha muda di Yogya levelnya saya pikir sudah UKM. Beberapa mungkin secara valuasi sudah melewati kategori UMKM, karena startup anggota kami adalah startup- startup yang sangat tumbuh di era pandemi,” tandas Fajar.(Tri)