Plaza Ngasem Spot Favorit Pelepas Penat Bersepeda
Kota Yogyakarta memiliki sejuta warisan budaya peninggalan nenek moyang sehingga dijuluki sebagai kota seni dan budaya.
Tak heran banyak ditemukan tempat pertunjukkan seni dan budaya di kota yang terbuat dari rindu, pulang, dan angkringan ini, salah satunya adalah Plaza Ngasem.
Plaza Ngasem dulu merupakan pasar tradisional yang mengalami revitalisasi sehingga lebih rapi dan bersih. Lahan di tengah pasar pun disulap menjadi tribun yang sering digunakan untuk acara seni dan budaya.
Sebelum pandemi Covid-19, hampir setiap malam di Plaza Ngasem dimanfaatkan para musisi untuk menghibur para pengunjung.
Namun saat ini, mesti tidak ada pertunjukkan seni dan budaya, Plaza Ngasem ini tetap ramai karena menjadi tempat favorit bagi para pesepeda untuk beristirahat.
Biasanya mereka menikmati sarapan di kursi-kursi atau gazebo yang telah disediakan di tempat tersebut. Namun tak jarang Plaza Ngasem ini dijadikan tempat bertukar peluh bagi para kaula muda.
Bagi para wisatawan yang belum pernah kesini, tempat ini berada di Jalan Polowijan, Kelurahan Patehan Kemantren Kraton, Kota Yogyakarta.
Salah satu pengunjung Plaza Ngasem, Oky Dwi Septiana mengatakan jika dirinya hampir setiap akhir pekan selalu mengunjungi Plaza Ngasem.
"Saya biasanya kalau tidak hari Jumat, Sabtu, atau Minggu pasti ke sini, ini tempat favorit saya untuk beristirahat ketika bersepeda," kata wanita 27 tahun ini beberapa waktu lalu.
Tidak hanya digunakan sebagai tempat pertunjukan, di area Plaza Ngasem juga masih terdapat pasar tradisional yang menjual beragam kebutuhan rumah tangga.
Di bagian barat tersedia aneka kebutuhan pokok sehari-hari seperti sayur-mayur, sembako, bumbu-bumbu dapur, dan lain sebagainya.
Sedangkan di bagian timur terdapat banyak pedagang yang menjajakan beragam makanan tradisional.
Salah satu spot menarik di tempat ini adalah di bagian selatan atau bagian belakang panggung utama, karena para pengunjung dapat menikmati kemegahan Pulau Cemeti.
Pulau Cemeti adalah bangunan cagar budaya yang pada masa kolonial digunakan untuk tempat rekreasi keluarga Kraton Yogyakarta sekaligus untuk tempat pengintaian musuh. (Han)