Pemkot Yogya Usung Kampung Sayur Dalam Penilaian Tahap 3 PPD

Pemerintah Kota Yogyakarta menjalani penilaian tahap 3 Penghargaan Pembangunan Daerah (PPD) tahun 2022 yang diadakan oleh Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional. Dalam penilaian tahap 3 berupa verifikasi itu Pemkot Yogyakarta mengusung gerakan kampung sayur di masyarakat yang memberikan efek ganda.

Menurut Wakil Walikota Yogyakarta Heroe Poerwadi kampung sayur dipilih karena mempunyai efek ganda. Di samping masyarakat memperoleh pendapatan dari menjualnya sebagai bagian dari memenuhi pola pangan, pihaknya menilai yang paling penting adalah mengurangi beban masyarakat untuk belanja harian kebutuhan sayur.  

“Dengan kampung sayur harapannya bisa mengendalikan inflasi artinya masyarakat mampu menyediakan kebutuhan sehari-hari. Sering saya katakan nandur apa sing dipangan, mangan apa sing ditandur,” kata Heroe, saat penilaian tahap 3 PPD tahun 2022 secara daring, Senin (28/3/2022)

Meski demikian Heroe menegaskan pertanian perkotaan berbeda dengan petani di desa di kabupaten. Mengingat lahan di kota terbatas dan sifatnya adalah sampingan memanfaatkan waktu luang. Keberadaan kampung sayur juga memperkuat modal sosial gotong royong masyarakat. Heroe menyebut sebagian kelurahan yang masih ada stunting juga memanfaatkan kampung sayur menjadi salah satu untuk memenuhi kebutuhan sayur.

“Kami juga mencoba memperbaiki pola pangan masyarakat sehingga dengan kampung sayur kita harap kebutuhan masyarakat setiap harinya bisa mengambil di pekarangan sekitar. Kami juga coba hidupkan wisata dengan kegiatan gowes bersepeda ke kampung-kampung wisata dan kampung sayur,” terangnya.

Heroe menyebut di Kota Yogyakarta ada lebih dari 140 kampung sayur. Program kampung sayur digalakan sejak tahun 2018, Dinas Pertanian Pangan Kota Yogyakarta mencatat nilai panen sayur awalnya hanya sekitar Rp 52 juta dan pada tahun 2021 meningkat menjadi sekitar Rp 579 juta. Sayur yang paling banyak dipanen adalah kangkung, ada juga sawi dan pokcoy.

Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Yogyakarta Agus Tri Haryono menambahkan, program kampung sayur ini merupakan program pertanian perkotaan yang mengoptimalkan pemanfaatan lahan pekarangan dan lahan yang tidak terpakai. Program kampung sayur  berdampak pada sosial ekonomi masyarakat sebagai sumber nutrisi vitamin dan protein.

“Kampung sayur juga menjadi perlindungan kemampuan daya beli masyarakat yang sebagian merupakan volatile food yang berkontribusi pada inflasi di Kota Yogya. Kampung sayur mendorong peningkatan pendapatan masyarakat dan sebagai urban tourism,” jelas Agus.

Sedangkan Ketua Kelompok Tani Gemah Ripah Kampung Sayur Bausasran Winaryati menuturkan kampung sayur di Bausasran memanfaatkan lahan mangkrak dengan tujuan menghijaukan kampung. Kemudian berkembang atas pendampingan dari Pemkot Yogyakarta dan banyak dikunjungi, termasuk Menteri Pertanian di tahun 2019. “Kampung sayur di Bausasran dari awalnya hanya di RW 09 sekarang benar-benar sekampung menanam semua. Tidak kami jual sayuran saja, tanaman yang hidup, tapi juga olahannya seperti, stik bayam dan pokcoy,” papar Winaryati.

Sementara itu Direktur Tata Ruang dan Penanganan Bencana Kementerian  Perencanaan Pembangunan Nasional, Sumedi Andono Mulyo menyatakan dalam penilaian tahap 3 dilakukan verifikasi dengan tujuan untuk mengkonfirmasi dan menggali informasi lebih mendalam dari perspektif stakeholders lain di luar Bappeda terhadap proses perencanaan dan pelaksanaan pembangunan di daerah. pencapaian sasaran pembangunan daerah dan inovasi yang dikembangkan.

“Kami akan melakukan klarifikasi dengan berbagai stakeholder tentang bagaimana capaian kinerja pembangunan Kota Yogyakarta. Kemudian menyangkut beberapa inovasi yang dilakukan dan juga dari segi proses perencanaan,” ucap Sumedi.(Tri)