Pasar Ramadan Momentum Bangkitkan Ekonomi Masyarakat 

Keberadaan Pasar Ramadan kembali bergeliat di Kota Yogyakarta pada bulan puasa tahun 2022. Munculnya kegiatan pasar Ramadan baru diharapkan menjadi momentum untuk membangkitkan ekonomi masyarakat di masa pandemi Covid-19. Selain itu keberadaan masjid-masjid di Kota Yogyakarta juga didorong tak hanya sebagai pusat ibadah, tapi juga pusat pertumbuhan ekonomi. 
“Ini adalah kesempatan untuk membangkitkan ekonomi masyarakat. Beberapa kampung memulai kegiatan Pasar Ramadan. Intinya mendorong agar Ramadan memberikan kesempatan ke masyarakat sekitar masjid, sekitar pondok dan kampung berusaha di masa Ramadan,” kata Wakil Walikota Yogyakarta Heroe Poerwadi saat membuka Pasar Ramadan Program Santripreneur di Kampung Malangan Giwangan, Selasa (5/4/2022). 
Untuk itu pihaknya  menyambut baik inisiatif program santripreneur mengadakan Pasar Ramadan di Kampung Malangan. Diharapkan melalui program itu dapat menumbuhkan kemampuan berusaha dari para santri untuk bekal mendatang. Termasuk ke depan menjadikan para santri dan pondok pesantren juga sebagai pusat pertumbuhan ekonomi.
“Ini tentu harus dilakukan dengan baik. Apalagi jika Pasar Ramadan Kampung Malangan program santripreneur ini dijadikan kegiatan rutin tiap tahun. Terutama agar keberlanjutan pengembangan ekonomi bisa berjalan dan artinya masyarakat sekitar bisa diberdayakan,” paparnya.
Heroe menyampaikan para santri harus mempersiapkan diri ketika memasuki dunia ekonomi yang sebenarnya karena penuh tantangan dan dinamika. Namun pihaknya menilai para santri memiliki jiwa berdagang sehingga bisa menjadi modal. Dengan demikian santri saat lulus dari pondok pesantren tidak hanya mampu mengelola umat dan dakwah tapi juga menjadi tempat mengatasi persoalan di masyarakat sekitar.
“Saya harap Yogyakarta sebagai tempat untuk belajar para santripreneurship bisa membuat semacam modul bagaimana pengembangan kewirausahaan ke depan. Kami kemarin bersama Baznas sedang mencoba untuk bagaimana menjadikan masjid juga sebagai pusat pertumbuhan ekonomi,” terang Heroe. 
Heroe menjelaskan, pihaknya bersama Baznas sedang mencoba membuat model masjid mana yang bisa dikembangkan menjadi role model pusat pertumbuhan ekonomi bagi masjid-masjid lain. Terutama bagaimana mengembangkan ekonomi masyarakat sekitar. Heroe menyebut di Kota Yogyakarta ada sekitar 550 masjid yang terdaftar. 
Sementara itu perwakilan Pondok Pesantren Darul Ulum Wal Hikam di Malangan, Gus Fahmi menyampaikan kegiatan pasar Ramadan itu adalah salah satu program santripreneur Pondok Pesantren Darul Ulum Wal Hikam dengan pengasuh KH Ahmad Sugeng Utomo. Melalui kegiatan itu diharapkan bisa mengembangkan ekonomi masyarakat sekitar sehingga kehadiran santri tidak hanya menjadi pusat keilmuan agama tapi juga pusat perekonomian.
“Salah satu wujud dari santripreneur untuk mengembangkan ekonomi masyarakat. Semoga dengan program ini bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat, agar bisa merasakan kehadiran santri tidak cuma bisanya mengaji saja, tapi juga bisa mengarahkan perekonomian masyarakat,” ucap Gus Fahmi. (Tri)