Sekda Kota Yogya Serahkan Bantuan Kepada Yaketunis

Tuna netra merupakan salah satu jenis disabilitas yang diakibatkan tidak/kurang berfungsinya mata dalam jangka lama sehingga seseorang mengalami keterbatasan fisik dalam berinteraksi dengan lingkungan.

Penyadang disbilitas juga memiliki hak dalam hal pendidikan namun masih ada penyandang disabilitas yang memiliki masalah dalam menempuh pendidikan. Hal itu dikarenakan tidak memiliki akses ke sekolah baik berupa informasi maupun biaya.

Oleh karena itu Pemerintah kota Yogyakarta (Pemkot) mengapresiasi dan berterima kasih pada Yayasan Kesejahteraan Tuna Netra Islam (Yaketunis) yang telah  berupaya membantu pendidikan penyandang disabilitas khususnya tuna netra.

Hal itu Disampaikan oleh Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Yogyakarta Aman Yuriadijaya dalam Silaturahmi ke Yaketunis pada Kamis (21/4) di Jalan Parangtritis, Mantrijeron, Yogyakarta.

Aman juga menyampaikan bahwa Pemkot dalam upaya mewujudkan penghormatan, perlindungan dan pemenuhan hak disabilitas telah membantu memfasilitasi kegiatan yang dilakukan oleh Yaketunis.

Salah satu yang dilakukan adalah silaturahmi sekaligus penyerahan dana bantuan operasional dan konsumsi untuk berbuka puasa bagi warga panti di Yaketunis pada sore ini.

“Mudah-mudahan program kegiatan ini berkelanjutan agar permasalahan pendidikan bagi penyandang  disabilitas bisa kita selesaikan bersama,” kata Aman.

Sekretaris Yayasan Yaketunis Wiyoto menyampaikan bahwa Yaketunis telah berdiri sejak 12 Mei 1964. Ide pendirian berawal dari seorang tuna netra yang bernama Supardi Abdusomat yang kemudian bersama Wakil Kepala Perpustakaan Islam Yogyakarta  Moch. Solichin mendirikan Yaketunis.  Dengan Akta Notaris No. 10 Tahun 1964 Notaris: Soerjanto Partaningrat, SH, dengan izin operasional No. 188/0622/V.I tanggal 16 Maret 2009.

Ia juga menceritakan bagaimana salah seorang alumni yang tuna netra Najamudin melanjutkan sekolah ke perguruan tinggi dalam hal ini adalah IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dengan status mahasiswa titipan. Status titipan tidak berlangsung lama dengan adanya kunjungan Menteri Agama ke Yogyakarta maka status mahasiswa titipan dihapus menjadi mahasiswa penuh.

“Saat ini Yaketunis memiliki sekolah SLB dan MTs dan telah meluluskan ratusan siswa tuna netra bahkan ada yang telah lulus sarjana dari berbagai perguruan tinggi di Yogyakarta dengan jumlah 80 orang (S1, S2, S3),” tutur Wiyoto

Siswa kelas XII Kuswantoro menceritakan pengalamannya tinggal di asrama Yaketunis sejak kelas II pada tahun 2013 dan merasa senang bisa belajar bersama, saling berbagi cerita dan pengalaman dalam keseharian.

Ia bercerita bahwa suatu hari pergi berjalan-jalan bersama teman-teman sesasama tuna netra menyusuri jalanan. Di salah satu ruas jalan sedang ada penggalian atau perbaikan saluran air hujan. Dengan santainya mereka berjalan dan tidak tahu kalau ada lubang galian sehingga ia bersama dengan teman-temannya jatuh terperosok dalam lubang galian tersebut. Niat yang semula jalan-jalan akhirnya tidak jadi karena baju dan celana kotor. (ant)