Optimalkan Danais dan APBD Kota Untuk Pembangunan Kampung

Sejumlah penamaan kampung di Kota Yogyakarta berdasarkan pada profesi atau pekerjaan masyarakat yang tinggal di kampung tersebut, seperti Kampung Bugisan yang berasal dari nama tempat tinggal prajurit Bugis, Kampung Patehan yang berasal dari nama abdi dalem yang membuat minuman teh dan masih banyak lagi. Namun adapula yang menggunakan nama Pangeran atau kerabat kasultanan yang tinggal di kampung tersebut, seperti Sosrokusuman yang berasal dari nama pangeran Sosro Kusumo. Kedekatan budaya itulah yang menjadikan ikatan warga dalam suatu kampung di Kota Yogyakarta sangat erat dan memiliki peran dan fungsi strategis dalam pemberdayaan masyarakat.

Wakil Walikota Yogyakarta Heroe Poerwadi menyampaikan hal itu dalam Penguatan Kampung Kemantren Gondokusuman dan Danurejan yang digelar oleh Bagian Kesra Setda Kota Yogyakarta pada Senin (25/4) di Ruang Bima Kompleks Balikota Yogyakarta. Saat ini Pemkot Yogya bersama DPRD Kota Yogyakarta sedang menggodok Peraturan Daerah tentang Kelembagaan Kewilayahan. Melalui Perda tersebut akan dilakukan revitalisasi kelembagaan dari mulai RT, RW, RK dan LPMK agar peran dan posisi masing-masing lembaga menjadi lebih jelas termasuk tata kerja dan hubungan antar lembaga tersebut.

“Saat ini ada aspirasi masyarakat yang mengusulkan agar pemilihan pengurus RT, RW, RK, LPMK bisa dilakukan serentak dan periodesasi kepengurusannya juga disamakan,” kata Heroe.

Lebih lanjut disampaikan bahwa ada dua sumber dana pembangunan kampung yakni melalui APBD Kota Yogyakarta dan dana keistimewaan (danais). Dari  kedua sumber dana tersebut pengurus kampung bisa mengkolaborasikan di dalam rencana strategis pembangunan kampung yang telah dibuat di masing-masing kelurahan agar hasilnya bisa optimal (temonjo).

Anggota Komisi D DPRD Kota Yogyakarta Ali Fahmi menyampaikan adanya isu strategis dalam penguatan dan pengembangan kampung antara lain kebutuhan Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang saat ini belum mencapai 30 persen dan pemasangan wifi publik di kampung agar bisa menjadi sarana tumbuh kembang bisnis UMKM berbasis digital.

“Sampah menjadi salah satu kendala di Kota Yogyakarta terlebih bila TPS Piyungan ditutup maka akan muncul timbunan sampah. Oleh karena itu bagaimana sampah bisa dipilah dan dikelola melalui bank sampah di kampung-kampung agar volume sampah yang dibuang bisa berkurang ,” papar Fahmi.

Fahmi juga berharap agar melalui pengurus kampung setiap isu dan permasalahan pembangunan yang muncul bisa diselesaikan melalui perencanaan pembangunan kampung baik jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang. (ant)