Ratusan Perempuan Berkebaya Menari di Balai Kota

Sekitar 200 perempuan berkebaya menari bersama di halaman Balai Kota Yogyakarta pada Sabtu (14/5/2022). Mereka mengenakan busana kebaya beragam warna dan kain jarik lengkap dengan sanggul. Melalui menari bersama dan memakai kebaya diharapkan bisa semakin mendorong kecintaan perempuan Indonesia untuk mengenakan busana kebaya.

Kegiatan perempuan berkebaya menari bersama itu diadakan oleh Perempuan Berkebaya Indonesia Yogyakarta. Wakil Walikota Yogyakarta Heroe Poerwadi  menyambut baik kegiatan perempuan berkebaya menari bersama itu. Bahkan Heroe yang diminta membuka kegiatan juga ikut menari bersama. Protokol kesehatan dengan memakai masker dan menjaga jarak diterapkan dalam kegiatan perempuan berkebaya menari bersama itu.

“Kebaya penting untuk terus kita munculkan agar menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Kami Pemkot Yogyakarta meyakini dan percaya bahwa karakter keistimewaan adalah karakter budaya di Yogyakarta. Karakter budaya yang bisa dilihat adalah ageman atau pakaian,” kata Heroe saat membuka kegiatan perempuan berkebaya menari bersama di Balai Kota Yogyakarta.

Heroe menuturkan ada pepatah Jawa yaitu ajining diri gumantung saka lathi (harga diri seseorang tergantung dari lisannya) dan ajining raga gumantung saka busana (harga diri raga seseorang tergantung pada pakaiannya). Hal itu menunjukkan dalam berinteraksi bisa menunjukan jati diri baik saat berbicara maupun berpakaian.

“Karena budaya pakaian kebaya menunjukkan karakter identitas dan ekspresi kita. Itu menunjukan siapa kita, menunjukkan identitas kita sebagai orang Jawa, orang Yogya,” paparnya.

Pihaknya menegaskan Pemkot Yogyakarta mendukung penggunaan kebaya dengan penggunaan seragam pakaian jawa gagrak Yogyakarta bagi PNS pada hari-hari tertentu. Selain itu Pemkot Yogyakarta ada program Gandes Luwes yaitu program membumikan karakter budaya Yogyakarta dalam kehidupan di masyarakat seperti kampung.

“Dari anak-anak SD kita perkenalkan tembang dan tari Yogyakarta sampah Bahasa Jawa bahkan dengan busananya. Makanya Perempuan Berkebaya Yogyakarta saya kira menjadi bagian penting bagaimana menguatkan budaya kita,” terang Heroe.

Sementara itu Ketua Perempuan Berkebaya Indonesia Yogyakarta Margaretha Tinuk Suhartini mengatakan ada sekitar 200 perempun yang mengikuti kegiatan perempuan berkebaya menari. Berbagai usia perempuan mulai dari yang termuda 9 tahun sampai tertua hampir 70 tahun.

“Menari adalah salah satu cara yang kami tempuh. Sambil mengkampanyekan kebaya kami ajak peserta menari bersama dan memakai sanggul. Dengan adanya kegiatan ini kami berharap kebaya semakin dicintai perempuan Indonesia dan perempuan makin terbiasa memakai kebaya dalam kegiatan sehari-hari,” jelas Tinuk.

Dia menyampaikan tarian dan lagu yang ditampilkan adalah karya seniman Pardiman dari Padepokan Omah Cangkem. Gerakan dasar menari adalah tarian Jawa dengan durasi sekitar 5 menit. Menurutnya gerakan tarian itu cukup mudah dan sederhana. Sebelum menari bersama para peserta juga mendapat panduan menggunakan sanggul sebagai bagian yang tak terpisahkan dari kebaya.(Tri)