Kober Cokrodiningratan Sulap Pipa Paralon Jadi Lampu Hias   

Selama dua tahun pandemi Covid-19 membuat kegiatan masyarakat terbatas. Tapi tidak dengan masyarakat Kampung Cokrodiningratan di Kota Yogyakarta yang melakukan gerakan berbagi lewat Cokrodiningratan Bersatu (Kober). Bahkan melalui Kober, masyarakat berkreasi menyulap pipa paralon atau PVC menjadi lampu-lampu hias bernilai jual tinggi. Kini lampu-lampu hias karya Kober menjadi salah satu produk unggulan usaha mikro kecil (UMK) di Kota Yogyakarta.

Salah seorang anggota Kober, Agustinus Purnomosidi menuturkan usaha lampu hias itu berawal dari kegiatan Kober membantu tetangga yang sedang isolasi mandiri dan masyarakat sekitar Cokrodiningratan saat pandemi Covid-19. Dari kegiatan itu masyarakat terutama  anak-anak muda juga berkreasi membuat lampu-lampu hias dan dikembangkan sebagai usaha bersama.

“Kober kegiatannya membantu ke tetangga yang terdampak. Setelah Covid-19 mereda, tidak ngapa-ngapain. Muncul ide membuat lampu lampion pakai botol tapi kurang menarik. Lalu buat lampu dengan pipa paralon,” kata Agus di sela pameran produk unggulan UMK Kota Yogyakarta, di Malioboro Mal belum lama ini.

Setelah melalui rapat dan diskusi, lanjutnya, Kober kemudian mengembangkan lampu-lampu hias dari pipa paralon untuk dijual. Mengingat kondisi pandemi dan sebagian warga pengangguran. Dia menyebut modal membuat lampu- lampu hias dari pipa paralon itu berasal dari dana masyarakat sekitar dan ada pihak yang mendanai. Setidaknya ada sekitar 10 sampai 20 orang terlibat dalam pembuatan lampu-lampu hias dari pipa paralon.

“Kebetulan ada satu teman di Kober yang bisa membuat lampu hias lalu mengajarkan ke semua. Targetnya memang untuk dijual,” imbuhnya.

Dia menjelaskan proses produksi lampu-lampu hias dari pipa paralon atau PVC ukuran sekitar 3 inchi dipotong-potong sesuai ukuran panjang lampu. Kemudian siapkan gambar yang akan digunakan sebagai motif pada lampu. Kertas gambar itu lalu ditempelkan di pipa PVC sebagai pola. Lalu pipa diukir mengikuti pola gambar dengan bor kecil. Setelah itu diamplas agar halus dan disemprot cat agar lampu mengkilap.

“Tingkat kesulitannya untuk motif-motif yang kecil-kecil, riskan patah saat dibor. Lama pengerjaan sekitar tiga jam untuk mengukir saja dan dengan motif gambar sederhana,” terang Agus.

Lampu hias pipa paralon itu terdiri dari 2 tabung pipa paralon. Bagian dalam pipa paralon polos untuk siluet lampu dan bagian luar adalah tabung pipa yang telah diukir. Kedua tabung dijadikan satu dan diletakan pada dudukan bulat terbuat dari kayu jati belanda. Bagian dudukan itu terdapat lampu dan rangkaian kabel.

Motif lampu hias pipa PCV yang dibuat di antaranya bunga-bunga, daun-daun, hewan seperti rusa dan anjing, perahu dan logo Pemerintah Kota Yogyakarta. Harga satu lampu hias pipa paralon itu sekitar Rp 200 ribu. Produk lampu hias dipasarkan di Kota Yogyakarta dan luar Yogyakarta seperti Kalimantan. Lampu hias itu biasanya untuk oleh-oleh atau kenang-kenangan.

“Motif lampu juga bisa costume sesuai pesanan konsumen. Produksi sebulan tidak pasti karena tergantung pesanan. Kalau ada pesanan kami buatkan,” pungkas Agus.(Tri)