Rumah Eco Enzyme Olah Sisa Buah dan Sayur Segar Jadi Aneka Manfaat

Untuk membantu Pemerintah Kota Yogyakarta mengurangi pembuangan sampah ke Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Piyungan, masyarakat Kemantren Danurejan kembangkan pengelolaan sampah dengan metode eco enzyme melalui Rumah Eco Enzyme. Rumah Eco Enzyme Kampung Gemblakan Atas berdiri sejak tahun 2021 beranggotakan 59 yang merupakan warga Kampung Geblakan Atas. Pengelolaan sampah eco enzyme merupakan salah satu upaya memanfaatkan limbah rumah tangga sehingga sampah yang dibuang dapat berkurang.

Relawan Eco enzyme di Kemantren Danurejan Sri Martini menjelaskan eco enzyme adalah cairan alami serba guna yang merupakan hasil fermentasi dari sisa buah atau sayur, air dan gula. Sisa buah dan sayur dalam proses pembuatan ini harus sisa yang masih bagus dalam arti masih segar, tidak busuk dan tidak ada binatang. Proses fermentasi ini dilakukan selama tiga bulan.

“Masyarakat melakukan berbagai cara untuk mengurangi beban sampah di Kota Yogyakarta. Salah satunya dengan memanfaatkan sampah organik di rumah tangga. Untuk sampah organik sisa buah dan sayur yang masih bagus dan segar diolah menjadi eco enzyme dan untuk sampah organik yang tidak lolos diolah dengan cara Lodong Sisa Dapur (Losida),” jelas Sri Martini saat ditemui di Rumah Eco Enzyme Kampung Gemblakan Atas, Rabu (15/6).

Lodong Sisa Dapur (Losida) merupakan pengolahan sampah menggunakan pipa yang ditanam dalam tanah dengan memanfaatkan sampah organik, tanpa harus memperhatikan wujud sisa limbah rumah tangga tersebut. Berbeda dengan pengolahan eco enzyme yang harus menggunakan sisa buah dan sayur yang masih segar.

Hasil dari pengolahan sampah eco enzyme dapat dimanfaatkan dalam bidang pertanian sebagai pupuk organik, untuk lingkungan dapat menjernihkan kolam. Selain itu dapat dimanfaatkan di bidang kesehatan.

“Cairan eco enzyme ini juga bisa dimanfaatkan untuk membuat berbagai produk, bisa sabun mandi, sabun cuci piring, deterjen, hingga hand sanitizer. Produk turunan dari eco enzyme inilah yang boleh diperjual belikan dan dikembangkan,” tambahnya.

Dalam satu bulan Rumah Eco Enzyme dapat menghasilkan cairan eco enzyme sekitar 15-30 liter, tergantung dari banyaknya limbah warga kampung yang dapat digunakan untuk membuat eco enzyme. Produk turunan dari cairan eco enzyme belum bisa diproduksi secara maksimal dikarenakan cairan murni terkadang sudah habis terlebih dahulu dimanfaatkan oleh warga. Cairan murni ini dapat digunakan sebagai pupuk organik tanaman, membersihkan kompor dan area dapur, hingga membersihkan kloset dan kamar mandi.

“Relawan eco enzyme berkomitmen untuk tidak menjual cairan murni dan hanya dipergunakan untuk kepentingan sosial dan dibagikan ke warga kampung yang membutuhkan,” tambahnya. (Chi)