Disbud Ajak Kemantren se-Yogyakarta Lestarikan Seni Macapat di Era Kekinian

Dinas Kebudayaan (Disbud) Kota Yogyakarta adakan Gelar Macapat atau yang dikenal dengan seni sastra tembang puisi tradisional Jawa. Gelar Macapat ini diikuti oleh perwakilan tiap Kemantren di Kota Yogyakarta.

Gelar Macapat merupakan agenda rutin tahunan sejak tahun 2016 yang dalam penyelenggaraannya menggunakan Dana Keistimewaan (Danais). Kegiatan ini dibuka oleh Pelaksana Harian (Plh) Disbud Kota Yogyakarta Ratih Ekaningtyas, pada Rabu (22/6) di Gedung Phytagoras Taman Pintar. Acara yang bertajuk “Mekaring Seni Macapat Ginelar ing Jagad Anyar” ini berlangsung sejak pukul 12.00 hingga 16.00 WIB.

Makna yang terdapat pada tema yang diangkat pada Gelar Macapat kali ini merupakan ajakan kepada masyarakat secara umum khususnya di Kota Yogyakarta untuk terus menumbuhkembangkan seni macapat di zaman sekarang kepada generasi muda dan berikutnya.

Ratih Ekaningtyas menyatakan bahwa seni sastra tembang macapat menggambarkan perjalanan hidup manusia sejak di alam ruh, fase dilahirkan, tumbuh hingga meninggal dunia dan kembali ke alam ruh. Melalui syair dalam tembang, nilai luhur dan pitutur bijak disampaikan penuh makna.

“Tiap bait dalam tembang macapat yang memiliki nilai religius tinggi telah digunakan sebagai media penebar kebaikan oleh orang-orang bijak di masa silam. Tembang macapat  juga menjadi senandung cinta orangtua kepada anak-anak mereka agar mengerti akan arti kehidupan,” jelasnya.

Ratih Ekaningtyas juga mengatakan kegiatan ini diharapkan dapat menumbuhkan rasa peka dan cinta terhadap karya sastra tradisional. Selain itu juga mampu memberikan pembelajaran untuk menghargai sastra Jawa.

Sementara itu Kepala Bidang Sejarah dan Bahasa Disbud Kota Yogyakarta Dwi Hana Cahya Sumpena menyatakan, kegiatan Gelar Macapat akan terus dilakukan secara berkelanjutan. Maka dari itu di tiap kemantren secara umum memiliki basis pegiat seni tembang macapat.

“Harapannya melalui Gelar Macapat ini potensi seni tembang macapat di wilayah semakin muncul, dan ini merupakan media serta wadah untuk mengenalkan ke masyarakat lebih luas, karena kita tau macapat adalah seni yang penikmatnya tersegmen,” tambahnya.

Pada Gelar Macapat kali ini juga menghadirkan narasumber Kanjeng Mas Tumenggung (KMT) Projosuwasono yang pada kegiatan tersebut membawakan salah satu tembang yaitu Gundul-Gundul Pacul. Sebelum membawakan tembang, dijelaskan bahwa tembang dolanan ini memiliki makna yang dalam dan bisa menjadi pembelajaran dalam kehidupan.

“Tembang Gundul-Gundul Pacul ini sudah ada sejak zaman dulu sebelum ada mataram. Tembang ini menggambarkan orang yang sedang bertugas menjadi pemimpin namun banyak gaya, padahal dia sedang menanggung kesejahteraan orang-orang yang sedang dia pimpin. Maka dari itu ketika jadi pemimpin artinya harus siap dan tanggungjawab atas kesejahteraan orang yang dipimpinnya,” jelas KMT Projosuwasono. (Jul)