Daliman Raih Cuan dari Hobi Menanam Cabai di Rumah   

Lahan sempit di permukiman perkotaan tidak menjadi batasan untuk aktivitas pertanian. Terbukti kegiatan menanam sayuran di kampung-kampung dan halaman rumah di Kota Yogyakarta menggeliat. Begitu juga dengan Daliman (51) warga RT 11 RW 4 Kampung Gemblakan Atas, Kelurahan Suryatmajan Kota Yogyakarta yang fokus menekuni tanaman cabai di rumah selama beberapa tahun ini. Hobinya menanam berbuah cuan, terutama saat harga cabai tinggi pasaran.

Daliman memanfaatkan bangunan rumah miliknya di bagian atap yang dicor beton untuk menanam cabai, terong, tomat, jambu, anggur dan jamur tiram. Namun lulusan STM jurusan teknik elektronika itu banyak menanam cabai. Ada sekitar 200 lebih tanaman cabai yang ditanam pada galon bekas air mineral maupun polybag

“Kalau cabai panennya terus. Tiga sampai empat bulan sudah bisa dipetik. Selama tanaman masih ada (hidup), hasilnya terus berkembang. Beda dengan sayuran yang sekali menanam dan panen,” tutur Daliman ditemui di rumahnya, Rabu (22/6/2022).

Berbagai jenis cabai yang ditanam di antaranya cabai rawit, cabai besar dan cabai keriting. Kebanyakan Daliman menanam cabai dari bibit yang dibeli. Sebagian cabai juga ditanam dari hasil penyemaian benih secara mandiri. Tanaman cabai yang dirawatnya ada yang sudah berusia 1,5 tahun dan masih berbuah hingga kini.

“Kalau tanam cabai itu memang harus fokus, niat dan senang. Kalau tidak dilandasi itu tidak terjadi karena cabai itu susah. Saya akui memang susah. Banyak kegagalan. Tapi kalau gagal berhenti, tidak ada ilmunya,” tambahnya.

Dia menyebut sekarang rata-rata sekali panen cabai dalam 3 hari bisa mendapat sekitar 1/2 kilogram cabai dengan harga jual sekitar Rp 50 ribu. Pada tahun 2019 dia pernah mendapat untung paling tinggi karena harga cabai mencapai Rp 100 ribu/kg. Cabai hasil dari tanam juga untuk mencukupi kebutuhan memasak di rumah. Sebagian tetangga ada juga yang membeli cabai dari Daliman.

“Di rumah sudah cukup, tidak usah khawatir mau nyambel. Jadi tetap harus kita jual. Saya setor cabai ke warung kakak saya di Bantul. Harganya saya ngikut kakak saya. Yang penting saya menanam senang sekaligus edukasi, orang kota jual cabe di desa. Biar orang desa juga menanam cabe,” terang Daliman.

Dalam menanam cabai Daliman tidak langsung berhasil. Dia menyampaikan pernah mengalami kegagalan sekitar 3 kali tanam. Misalnya di musim kemarau kondisi tanaman bagus, tapi saat kena hujan seharian, banyak tanaman cabainya langsung  layu dan mati. Dia pun mencoba mencermati dan mempelajari secara langsung maupun melalui youtube terkait menanam cabai.

“Menanam cabai jangan sampai terkena air yang terlalu banyak, terutama di musim penghujan. Usahakan jangan sampai air masuk ke media tanam. Komposisi media tanamnya tanah, sekam dan pupuk. Saya pakai pupuk kandang dan kompos. Pembersih hama saya pakai air rendaman tembakau yang disemprotkan ke daun-daun yang keriting,” jelas Daliman.

Menurutnya lingkungan rumah di perkotaan bukan kendala untuk bercocok tanam. Lantaran hobi menanam sejak kecil, ia pun saat membangun rumah sudah merencanakan bagian atas di atap untuk berkebun. Namun bukan perkara mudah karena lokasi menanam di atas rumah maka dia harus mengangkat media tanam. Awalnya dia juga menekuni tanaman anggrek dan daun kemangi tapi dari segi pemasaran dinilai kurang.

“Cobalah menanam 10 pohon cabai saja di rumah masing-masing. Kita pelihara dengan bagus dan kalau ada kendala dipelajari. Nanti saat cabai mahal setidaknya untuk kebutuhan sendiri ada,” pungkasnya. (Tri)