BSSN dan Pemkot Yogya Ajak Pelajar Jaga Keamanan Ruang Siber

Jetis - Dalam rangka menggelorakan Gerakan Kampanye Jaga Ruang Siber, Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) berkolaborasi dengan Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta menggelar talkshow keamanan siber di SMK N 3 Yogyakarta pada Jumat (22/7).

Kegiatan yang bertema “Kenali Kompetensi Lindungi Privasi” ini menghadirkan tiga pembicara yaitu Kepala BSSN Hinsa Siburian, Direktur Government Affairs Huawei Indonesia Yenty Joman, dan Cybersecurity Enthusiast Respati Budi Sasongko, dengan dimoderatori oleh Pegiat Media Sosial Irene Anggun. Turut hadir Kepala Dinas Komunikasi, Informatika dan Persandian Kota Yogyakarta Ignatius Trihastono sebagai perwakilan Pemkot Yogyakarta.

Hinsa Siburian mengatakan keamanan siber menjadi isu strategis di berbagai negara, termasuk Indonesia. Seiring dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, tantangan akan kejahatan siber akan meningkat. Maka dari itu negara dan masyarakat secara umum harus waspada serta siaga dalam menghadapi hal tersebut.

“Kita harus mampu menghadapi dan menangkal kejahatan siber seiring kemajuan teknologi informasi dan komunikasi yang ada. Terutama untuk pelajar generasi muda penerus bangsa, kesadaran dan kewaspadaan akan keamanan ruang siber harus dibangun, supaya kerentanan itu tidak dimanfaatkan oleh pihak yang tidak bertanggungjawab karena data itu menjadi sangat mahal,” jelasnya.

Selain itu Hinsa Siburian juga menambahkan bahwa ancaman di ruang siber itu akan masuk pada lapisan teknis dan lapisan sosial. Pada lapisan teknis contohnya sabotase atau merusak sistem objek vital nasional yang dampaknya akan mengganggu stabilitas dan kelangsungan negara dan masyarakanya.

“Selain dari lapisan teknis, ancaman itu juga bisa masuk pada lapisan sosial yang celahnya sangat dekat dengan kehidupan kita sehari-hari. Ketika kita menggunakan smartphone dan terhubung ke internet, maka rentan sekali kita menjadi target propaganda lewat berita hoax yang bisa mempengaruhi dan menyesatkan pada hal negatif. Inilah kenapa kita harus sadar dan waspada untuk terus menambah literasi sebanyak mungkin,” tambahnya.

Sementara itu Yenty Joman menyatakan kalau evolusi teknologi yang terjadi pada dasarnya tidak bisa dihindari. Untuk itulah untuk menghadapi kemajuan teknologi yang ada, sumber daya manusia yang ada harus dipersiapkan dengan sebaik mungkin.

“Suka tidak suka mau tidak mau kita dipaksa untuk hidup berdampingan dengan tren teknologi. Tapi yang perlu dipahami adalah kita bisa memanfaatkan teknologi ini untuk kehidupan yang lebih baik. Seperti munculnya peluang-peluang profesi baru yang semakin beragam,” tandasnya.

Kemudian Respati Budi Sasongko mengungkapkan, sejauh pengalamannya di dunia siber hal yang juga harus dipahami adalah tentang nilai, norma, dan hukum yang berlaku. Sebab sangat memungkinkan para ahli siber yang menggunakan keahliannya untuk kepentingan yang tidak baik. (Jul)