Sungai Indah Tanpa Sampah (seri 1)

Tak bisa dipungkiri, sebagian masyarakat masih membuang sampah di sungai. Padahal sungai adalah sumber penghidupan bagi manusia dan makhluk hidup lainnya. Misalnya air sungai menjadi sumber pengairan, pertanian dan perikanan. Kalau sungai tercemar dan banyak sampah bisa mengancam keberlanjutan hidup kita. Hari Sungai Nasional yang ditetapkan pada 27 Juli harus menjadi pengingat bahwa menjaga lingkungan sungai menjadi tanggung jawab bersama.

Terdapat 3 sungai besar yang mengalir di wilayah Kota Yogyakarta yaitu Sungai Winongo, Code dan Gajah Wong. Hampir di semua aliran sungai itu masih ditemukan sampah. Dari pengakuan beberapa warga di bantaran tiga sungai itu, masih ada sebagian masyarakat yang membuang sampah di sungai. Meski demikian ada masyarakat dan kelompok peduli sungai yang selalu mengingatkan dan melakukan pendekatan.

“Warga sering memperingatkan. Setiap ada yang buang sering diperingati, pak mbok aja buang neng kali (jangan membuang di sungai). Kali-kali itu supaya bersih, nantinya kalau hujan tidak banjir,” kata Tuwono warga Notoyudan Pringgokusuman di bantaran Sungai Winongo, pada tim wartajogjakota, Selasa (26/7/2022).

Ketua Forum Kampung Winongo Asri (FKWA) Kota Yogyakarta Sajada Purnama mengaku di wilayah Pringgokusuman memang sudah tidak ada warga yang membuang sampah ke Sungai Winongo. Warga di bantaran sungai seperti RW 22 Notoyudan Pringgokusuman sudah memiliki bank sampah. Tapi di sepanjang Sungai Winongo masih ada satu dua orang yang membuang sampah.

“Dalam hal ini sosialisasi dari FKWA kita sampaikan ke RT,RW ketika ada pertemuan di wilayah disampaikan, diingatkan. Di lapangan hanya teguran saja, agar tidak membuang sampah ke sungai,” tambah Purnama.

Namun dibandingkan dulu dengan sekarang, dia menilai perilaku warga membuang sampah di Sungai Winongo, sudah agak berkurang. Salah satunya karena ada program dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Yogyakarta dan Pemda DIY yaitu merti kali atau bersih-bersih sungai. Masyarakat juga ada kerja bakti lingkungan dan bersih-bersih sungai.

Dari sisi sanitasi permukiman bantaran Purnama menuturkan sudah ada fasilitas mandi cuci kakus (MCK) dari Pemkot Yogyakarta. Termasuk instalasi pengolah air limbah (IPAL) komunal untuk mengolah limbah dari MCK itu.

Kiriman Sampah

Sedangkan di Sungai Code, Ketua RW 17 Karanganyar, Brontokusuman, Khusnan Majid menuturkan setelah dibuat talut, warga lebih sadar tidak membuang sampah di Sungai Code. Meskipun diakuinya kini masih ada satu dua yang membuang sampah bahkan buang hajat di sungai padahal sudah dibuatkan fasilitas MCK. Agar tidak terjadi pembuangan sampah di sungai, warga membentuk tim pengelolaan sampah organik dan bank sampah.

“Setiap tiga bulan sekali melakukan kerja bakti membersihkan sungai. Sayangnya, kadang kita di bagian selatan tiba-tiba mendapat kiriman sampah dari utara. Namun kita tetap membersihkannya,” terang Khusnan.

Menurut Sekretaris Pemerti Kali Code sekaligus Ketua Gerakan Cinta Code, Harris Syarif Usman pada tahun 1980-1990-an kondisi Sungai Code memprihatinkan karena sangat kotor dan banyak masyarakat yang buang hajat di sungai. Edukasi masyarakat dan penataan sungai terus dilakukan. Salah satunya dengan menata permukiman bantaran dengan konsep M3K yaitu mundur, munggah, madhep, kali (mundur, naik, menghadap ke sungai).

“Mengedukasi masyarakat untuk menghadap sungai, agar sungai menjadi halaman depan rumah sehingga tidak membuang sampah di sungai. Masak mau membuang sampah di depan rumah, nanti tamu yang datang risih dan tidak nyaman karena kumuh,” jelas Harris.

Selain itu mengadakan kegiatan Merti Kali Code dengan semboyan air kita muliakan sungai kita lestarikan, sungai adalah sumber kehidupan. Termasuk kegiatan sekolah sungai, kegiatan edukasi masyarakat non formal dengan program jelajah Kali Code. Setiap hari juga ada bersih-bersih sungai dibantu Satgas Sungai atau ulu-ulu dari DLH Yogyakarta.

Lakukan Aksi Peringatan

Sementara itu warga di bantaran Sungai Gajah Wong di wilayah Gendeng Baciro, Joko Budi Santosa berpendapat kondisi Sungai Gajah Wong dibandingkan 10 tahun lalu dan sekarang sudah lumayan bersih dan tertata dengan adanya program dari pemerintah. Tapi masih ada sampah di sungai salah satunya karena ada warga yang membuang sampah ke sungai dari atas jembatan di malam hari. Untuk warga bantaran Sungai Gajah Wong di Gendeng Baciro, sampah ditangani lewat bank sampah dan sanitasi ada biofilter.

“Ketika kami duduk-duduk di bantaran sungai, seperti di Terowongan Telu itu tidak ada (membuang sampah). Tapi ketika kami pergi, berlomba-lomba melempar. Yang begini ini kami tidak bisa mengatasi. Kalau saya ya kesadaran dirilah. Kalau kita peduli dengan sungai, peduli dengan sumber kehidupan, kita tidak membuang sampah di sungai,” tegas Joko.

Sedangkan Ketua Forum Komunikasi Daerah Aliran Sungai Gajah Wong, DIY, Purbudi Wahyuni menjelaskan beberapa aksi peringatan dilakukan kepada warga yang ketahuan membuang sampah di sungai. Misalnya diminta mengambil langsung sampah yang dibuang. Termasuk pernahmengambil foto nomor kendaraan pembuang sampah dan memproses ke kepolisian. Akibatnya harus membayar denda sampah sesuai peraturan daerah dulu, sebelum perpanjangan pajak motor.

“Paling tidak itu membuat orang mikir kalau membuang sampah ke sungai. Walaupun sampai hari ini masih berjuang keras untuk mengkondisikan itu. Warga juga sering kita ajak untuk nyemplung ke kali baik sendiri dan saat kerja bakti bersih-bersih sungai,” papar Purbudi.(Tri)