Berdaya Tarik, Wisata Sungai Kian Dilirik

Sudah bukan menjadi rahasia bahwa Kota Yogyakarta memiliki berbagai macam destinasi wisata, mulai dari wisata budaya, alam, hingga kuliner. Dari sekian banyak destinasi, saat ini Kota Yogyakarta mulai mengembangkan wisata sungai. Meskipun berada di tengah kota, sungai yang berada di Kota Yogyakarta memiliki nilai yang tentunya berbeda dengan sungai di daerah lain.

Winongo, Gajah Wong dan Code merupakan tiga sungai yang melintasi Kota Yogyakarta. Ketigaanya memiliki potensi daya tarik di bidang pariwisata. Hal tersebut dapat dikembangkan oleh masyarakat melalui kampung wisata. Demikian yang disampaikan Kepala Bidang Daya Tarik Pariwisata Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta Yurnelis Piliang.

“Semua di sepanjang sungai memiliki keunikan-keunikan tersendiri yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai daya tarik menambah kunjungan wisatawan sehingga dengan adanya wisata alternatif itu dapat memperpanjang lama kunjungan wisatawan di Kota Yogyakarta,” jelasnya.

Penataan sungai yang semakin baik, kesadaran warga menjaga lingkungan yang tinggi dan pemukiman warga yang tidak lagi menjorok ke arah sungai, menumbuhkan semangat warga mengembangkan wisata tepi sungai. Seperti Kampung Wisata Cokrodiningratan yang memanfaatkan daerah aliran sungai (DAS) Code. Salah satu program unggulannya Code River Walk yaitu menyusuri kampung lewat pinggir sungai. Selain itu, ada atraksi edukasi sekolah sungai yang berkaitan dengan tata kelola lingkungan bantaran DAS code.

“Sekolah sungai sangat menarik bagi wisatawan yang memiliki minat khusus. Wisatawan dapat melihat warga dalam mengelola sungai dan tetap ramah lingkungan. di sekolah sungai dapat belajar pemberdayaan sumber mata air secara swadaya dari masyarakat untuk masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan air bersih,” terang Yurnelis.

 

Kuliner Pinggir Sungai

Untuk mengangkat potensi pariwisata Kota Yogyakarta, dilaksanakan Pawai Alegoris Harmoni Jogja 2022 dengan tema "Harmony of Patirtan" pada Sabtu (16/7/22) di Dermaga Cinta, Sungai Gajah Wong. Dalam kegiatan ini para peserta menunjukkan aksinya menyusuri sungai Gajah Wong sepanjang satu kilometer dengan menaiki rakit kemudian tampil di panggung utama yang ada di Dermaga Cinta. Para peserta menampilkan tarian yang sangat menarik.

Dinas Pariwisata Kota Yogya berharap dengan acara pawai ini bisa membangkitkan pariwisata dan perekonomian di wilayah pinggiran sungai. Nantinya pelaku wisata setempat bisa semakin mandiri. “Kita melihat kegiatan ini memberikan dampak ekonomi, kita bisa melihat warga sekitar bisa menjual kuliner makanan tradisional, wisatawan yang datang tidak hanya menikmati atraksi namun juga kuliner yang dijual oleh warga,” tambahnya.

“Kita juga bisa melihat di kampung wisata Dewa Bronto, desa wisata ini menawarkan blusukan ke kampung dengan menyusuri sungai. Di sekitar sana juga terdapat kuliner khas yang dimiliki yaitu Sate Telo yang merupakan kuliner cita rasa sate namun menggunakan bahan dasar ketela,” imbuh Yurnelis.

Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta terus melakukan pemetaan untuk menggali potensi wisata di pinggiran sungai. Dalam hal ini tentunya melibatkan banyak pihak di wilayah agar sungai tetap terjaga keasriannya. “Harapannya, dengan adanya wisata-wisata ini warga sekitar juga bisa memanfaatkan untuk meningkatkan perekonomian sehingga warga akan mendapat manfaat di bidang ekonomi,” ungkapnya.

 

Manfaatkan Spot Kosong di Pinggir Sungai

Ketua Forsidas Gajah Wong DIY Purbudi Wahyuni melihat sejak adanya kegiatan pembangunan di kawasan pinggiran sungai menjadi jalur wisata dan jalur gowes. Sejak sebelum pandemi hingga saat, setiap hari Sabtu dan Minggu banyak warga yang melakukan aktivitas di pinggir sungai. “Banyak warga yang turun ke sungai untuk berjemur, sarapan hingga senam di area tepi sungai. Hal ini bisa menjadi peluang bisnis bagi masyarakat yang tinggal di pinggiran sungai yang alhamdulilah banyak spot-spot kosong bisa untuk parkir kemudian spot-spot bisa untuk wisata dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) berdiri disitu menjajakan produknya,” ungkapnya.

Purbudi membeberkan adanya perubahan yang sangat signifikan di kawasan pinggiran sungai terbukti dari rumah yang dimiliki warga saat ini dibandingkan 10 tahun lalu. Selain kualitas rumah, taraf hidup warga juga membuktikan adanya gerakan dan kegiatan di pinggir sungai yang mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat di wilayah tersebut.

Ketua RW 17 Karanganyar Kampung Wisata Dewa Bronto Khusnan Majid menjelaskan bahwa di kawasan RWnya pembuangan limbah cair dari rumah tangga menggunakan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) secara komunal. Warga di sekitar berinisiatif untuk melindungi ipal yang berukuran cukup besar dengan membangun ruangan di atasnya. Ruang kosong tersebut rencananya akan digunakan sebagai etalase untuk memajang hasil produk UMKM milik warga sekitar.  

 “Di Taman Ruang Terbuka Hijau RW 17 Karanganyar ini kan sudah ada beberapa gubuk untuk berjualan warga, permainan anak dan nanti akan ada etalase hasil produk warga. Harapan kedepannya bisa meningkatkan perekonomian warga,” jelasnya. (Chi)