Keparakan Sentra Sandal Kulit Berkualitas dengan Harga Merakyat

Mergangsan – Kota Yogyakarta terkenal memiliki beraneka macam kebudayaan, kesenian dan kerajinan tangan. Salah satunya, Kampung Keparakan yang terkenal sebagai kampung wisata kerajinan. Kampung yang berada di pinggir Sungai Code, Kemantren Mergangsan dikenal sebagai sentra kerajinan kulit yang menjual aneka produk kerajinan kulit, seperti tas, jaket, hingga sepatu dan sandal.

Agus Supriyadi atau lebih sering disapa Kelik, warga Keparakan Kidul merupakan salah satu spesialis produksi sandal kulit kualitas menengah dengan harga yang merakyat di Kampung Kerajinan Keparakan.

Kelik memproduksi sandal kulit sejak tahun 2000. Awalnya Kelik menggunakan kulit nabati untuk produksinya namun seiring berjalannya waktu saat ini Kelik menggunakan kulit sintetis sebagai bahan dasar pembuatan produknya.

“95 persen yang kami produksi itu sandal perempuan, karena menurut riset kami perempuan lebih sering berbelanja apalagi sandal. Meskipun masih punya bagus tapi kecenderungan membeli model baru lebih besar dibanding pria,” ungkap Kelik saat di kediaman rumahnya di RT 55 RW 13 Keparakan Kidul, Rabu (3/8).

Kelik menceritakan pada awalnya hasil produksi sandal dijual secara konvensional di Malioboro ataupun di tempat wisata lainnya. “Awalnya laku keras, tapi ada Gunung Merapi meletus kemudian di tahun 2020 ada pandemi Covid-19 cukup membuat kita terhambat bahkan banyak perajin kulit di Kampung Keparakan yang kolaps atau gulung tikar. Alhamdulillah kami masih bisa bertahan, kami menjual sandal dengan sistem grosir tidak ecer lewat media online,” jelasnya.

Setiap harinya, Kelik dibantu oleh 6 orang tetangganya. Dalam satu bulan efektif pengerjaannya selama 20 hari dengan jumlah produksi 200 pasang sandal perhari dan omzet 2 sampai 3 juta. “Alhamdulillah, kerajinan kulit di Kampung Keparakan ini bisa menjadi sumber ekonomi masyarakat sini,” terangnya.

“Harapannya, adanya kestabilan harga-harga minyak bumi karena dengan harga yang stabil maka bahan-bahan yang dibutuhkan juga ikut stabil. Kami menjual sandal in ikan dengan grosir, jadi kami harus memberikan harga minimal untuk kami patok. Kalau harga BBM tidak stabil yaaa kami harus mengubah harga juga. Untuk harga sandal kami kisaran Rp 11.000 sampai Rp 25.000 per pasang tergantung modelnya,” beber Kelik.

Kelik sendiri memanfaatkan blog dan media sosial Instagram untuk memasarkan produk sandalnya. Kelik juga mengajak untuk teman-teman perajin kulit ataupun yang berusaha di bidang lainnya untuk memanfaatkan smartphone yang dimiliki sebaik dan semaksimal mungkin.

“Paling sering masalah yang dialami adalah masalah marketing dan penjualan. Kita harus mau belajar dan terus belajar memasarkan produk menggunakan internet, seperti e commerce dan media sosial. Di jaman sekarang jika hanya menjual secara konvensional rasanya kurang, jadi lebih baik jika kita menjual dengan berbagai macam cara,” ajaknya. (Chi)