Pasar Giwangan Jual Buah Hingga Olah Sampah (Seri 2-Selesai)   

Pengelolaan sampah juga dilakukan di Pasar Giwangan Kota Yogyakarta. Mulai dari pemilahan sampah non organik sampai pembuatan kompos dari sampah organik daun-daun. Sedangkan sebagian sampah sayur dan buah busuk pedagang di Pasar Giwangan diambil oleh beberapa warga untuk pakan maggot. 
“Produksi sampah di Pasar Giwangan bisa sampai enam ton tiap paginya. Itu dipilah-pilah sama petugas kebersihan seperti plastik, kardus, botol air mineral dipisahkan. kata Lurah Pasar Giwangan Jawadi ditemui pada Rabu (3/8/2022). 
Dengan pemilahan itu diakuinya cukup mengurangi sampah yang terbuang ke TPA. Dia menyampaikan sampah selain kardus, plastik dan botol plastik dimasukan ke dalam truk untuk dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Piyungan. Namun kalau musim buah, diakuinya sampah yang diangkut bisa lebih dari satu truk atau 6 ton. 


Pasar Giwangan Kota Yogyakarta berupaya mengelola sampah organik daun-daun menjadi pupuk kompos. Dinas Perdagangan Kota Yogyakarta menyediakan sarana mesin pencacah. Operasional sempat vakum karena pandemi dan ada kendala kerusakan mesin, tapi kini telah diperbaiki. Namun pembuatan kompos tidak rutin karena tergantung ketersediaan bahan baku daun-daun hasil pemangkasan pohon atau tanaman di pasar se-Kota Yogyakarta. 
“Waktu itu program Dinas Perdagangan untuk pengelolaan sampah mandiri dan penyediaan komposter. Waktu itu belum ada yang memproduksi komposter di pasar-pasar di Yogyakarta,” tambahnya. 


Sementara itu Pengawas Kebersihan Pasar Giwangan Sugeng menjelaskan pengelolaan sampah dimulai dari penyapuan. Kemudian sampah dimasukan ke keranjang dan dimasukan dalam truk. Dalam penyapuan dan pengangkutan sampah itu juga sekaligus dilakukan pemilahan sampah non organik yang masih bisa dijual kepada pengepul sampah.
“Sebagian yang bisa dipilah langsung dipilah. Pemilahan sampah plastik, botol-botol plastik,”  ujar Sugeng. 


Dia menyebut volume sampah dari Pasar Giwangan yang dibuang setiap hari sebanyak 1 truk atau sekitar 4 sampai 5 ton. Jumlah itu setelah dilakukan pemilahan sampah non organik. Sebelum pemilihan volum sampah dari Pasar Giwangan bisa mencapai 5,5 sampai 6 ton.
Sugeng menjelaskan untuk pengolahan kompos menggunakan sampah daun dari pemangkasan pohon-pohon di pasar se-Kota Yogyakarta. Sekali produksi sekitar 1 ton sampah daun. Kemudian daun dicacah dengan mesin pencacah. Selanjutnya dikeringkan dan dibuat kompos. Para petugas kebersihan di Pasar Giwangan memiliki kemampuan mengolah kompos dari pelatihan Dinas Lingkungan Hidup.
“Butuh waktu satu bulan jadi (kompos). Produksi satu bak kira-kira tiga sampai empat kubik. Penggunaan kompos dipakai sendiri untuk tanaman di pasar-pasar di Kota Yogyakarta,” paparnya.


Sedangkan salah satu penjaga kios buah di Pasar Giwangan Wahyu Nugroho mengatakan kondisi kebersihan Pasar Giwangan sudah cukup baik. Setiap pagi ada petugas-petugas yang keliling membersihkan dan mengumpulkan sampah. Selain itu ada beberapa warga yang mencari sampah buah-buah yang busuk setiap harinya.
“Sampah-sampah buah ada yang nyari buat bahan pakan dan campuran gitu. Paling sekitar tiga sampai empat orang setiap harinya rutin  ke pasar untuk mencari sampah buah dijadikan bahan pakan,” ucap Wahyu. (Tri)