Pemkot Yogya Terima Studi Lapangan Peserta PKA Sulawesi Tengah     

UMBULHARJO- Pemerintah Kota Yogyakarta menjadi lokasi studi lapangan peserta Pelatihan Kepemimpinan Administrator (PKA) angkatan IX Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2022. Ada 40 peserta PKA dari Provinsi Sulawesi Tengah yang melakukan studi lapangan terkait inovasi program dan pelayanan Pemkot Yogyakarta.

Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Daerah Sulawesi Tengah Adidjoyo Dauda selaku pimpinan rombongan studi lapangan PKA Sulawesi Tengah ke Pemkot Yogyakarta mengatakan kegiatan studi lapangan untuk mengamati dan mempelajari tugas fungsi organisasi serta keunggulan-keunggulan dan inovasi yang telah diterapkan Pemkot Yogyakarta.

“Tentunya kami berharap bahwa bisa memberikan pembaharuan terhadap hal-hal yang baru dan hal-hal inovatif yang bisa kami replikasi dan implementasikan di tempat pekerjaan para peserta,” kata Adidjoyo saat kunjungan studi lapangan di Pemkot Yogyakarta, Senin (8/8/2022).

Dia menyatakan ada beberapa inovasi Pemkot Yogyakarta yang menjadi materi studi lapangan PKA angkatan IX Sulawesi Tengah yaitu progam Gandeng Gendong, Nglarisi Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) dan Jogja Smart Service (JSS). Adapun lokus studi lapangan PKA angkatan IX Sulawesi Tengah ke Pemkot Yogyakarta adalah Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda), Dinas Komunikasi Informatika dan Persandian serta Dinas Perindustrian Koperasi Usaha Kecil dan Menengah.

“Kami berharap bahwa kunjungan studi lapangan ini mereka (peserta) banyak belajar dari tentang tata kelola pemerintahan satuan kerja. Diharapkan setelah studi lapangan  dengan dukungan data-data dan gagasan bisa dikolaborasikan dan diseminarkan sampai  dijabarkan dalam satu laporan,” terangnya.

Sementara itu Sekretaris Daerah (Sekda) Pemkot Yogyakarta Aman Yuriadijaya mengucapkan terima kasih karena menjadikan Pemkot Yogyakarta sebagai tempat untuk studi lapangan. Pihaknya menilai materi yang menjadi studi itu juga menjadi perhatian dan isu strategis Pemkot Yogyakarta. Misalnya terkait gerakan Gandeng Gendong untuk penanganan kemiskinan di Yogyakarta.

“Pemkot Yogyakarta bukan satu-satunya pelaku utama pembangunan, sehingga dalam setiap pembangunan di Yogyakarta pasti ada keterlibatan seluruh pemangku. Oleh karenanya pelibatan masyarakat itu kami kemas dalam label Gandeng Gendong,” jelas Aman.

Dia menyatakan Gandeng Gendong adalah sebuah gerakan yang menempatkan seluruh komponen untuk terlibat dalam konteks pengendalian kemiskinan. Dalam Gandeng gendong ada 5 K yaitu kota, kampung, kampus, komunitas dan korporasi. Lima K tersebut menjadi satu kesatuan dalam program gandeng gendong.

Sedangkan JSS adalah layanan publik terpadu yang terus dikembangkan Pemkot Yogyakarta yang memanfaatkan teknologi informasi. Menurutnya di tengah perkembangan teknologi informasi menjadi sebuah kenyataan harus memberikan pelayanan lebih optimal dan efektif kepada masyarakat. “Maka teknologi informasi JSS di mana layanan Kota Yogya cukup dalam satu genggaman tangan,” tandasnya.(Tri)