Unik! Dari Lomba 'Thik Thok' hingga Kreasi Barang Bekas Meriahkan HUT RI di Yogya (Seri 1)

Momen peringatan Hari Ulang Tahun ke-77 Republik Indonesia lazimnya disambut dengan suka cita oleh seluruh masyarakat Indonesia. Terlebih lagi, sudah 2 tahun sejak merebaknya pandemi Covid-19 yang mengakibatkan kegiatan dengan kerumunan massa harus dihentikan. Namun seiring dengan menurunnya angka kasus Covid-19 di wilayah Kota Yogyakarta, berbagai macam kegiatan seperti perlombaan, menghias kampung, dan atraksi kesenian dapat dilaksanakan dengan meriah.

Warga Kota Yogyakarta kembali melaksanakan berbagai kegiatan untuk menyambut Hari Ulang Tahun ke-77 Republik Indonesia. Mulai dari kerja bakti di masing-masing wilayah, pemasangan bendera dan umbul-umbul, lomba, serta festival dan atraksi kesenian. Salah satunya adalah Kelurahan Purbayan, Kemantren Kotagede yang menyelenggarakan berbagai lomba bagi anak-anak, remaja, dan dewasa. Terdapat salah satu lomba unik bagi remaja dan dewasa di kawasan RW 05 Kelurahan Purbayan, yaitu lomba Thik Thok.

“Sebenernya ini usulan dari pemuda dan ibu-ibu, awalnya ingin badminton aja, tapi kami terinspirasi dari RW lain yang sudah pernah main Thik Thok, jadinya main Thik Thok,” terang Herwanda selaku Ketua Pemuda RW 05 Purbayan, Selasa (9/8/2022).

Herwanda menuturkan, selain para ibu, pemuda kampung juga ikut berpartisipasi dalam lomba Thik Thok, yaitu dengan memodifikasi raket dengan triplek atau kayu. Selain itu, pemuda menyiapkan berbagai peralatan seperti bendera untuk wasit, dan perangkat televisi yang digunakan untuk menampilkan skor pertandingan. Para pemuda juga turut berpartisipasi sebagai komentator, wasit dan sekaligus penghitung skor.

Selain para pemuda, seluruh warga juga turut berpartisipasi dalam lomba Thik Thok sebagai peserta dan penonton pertandingan. Keseruan lomba begitu terasa dari semangat peserta, serta teriakan penonton saat lomba berlangsung. Di samping itu, lomba khas 17 Agustusan di RW 05 Purbayan ini juga mendapat sambutan meriah karena digelar setelah dua tahun vakum akibat pandemi Covid-19.

“Sudah 2-3 tahun tidak ada kegiatan tujuh belasan, jadi alhamdulillah sudah mulai lagi, ya ini untuk keguyuban bareng-bareng,” kata Nariman, ketua RW 05 Purbayan, Senin (8/8/2022).

Berbeda dengan lomba Thik Thok di kelurahan Purbayan, warga Kelurahan Gedongkiwo juga turut menyemarakkan Hari Ulang Tahun ke-77 Republik Indonesia dengan lomba pecah balon. Dalam lomba tersebut, ada 6 orang laki-laki dewasa yang berbaris dan saling memegang pinggang anggota di depannya. Kemudian, bagi anggota paling depan berperan sebagai ketua yang bertugas untuk memecah atau merebut balon lawan. Sedangkan, punggung anggota paling belakang akan diikat balon dan bertugas untuk melindungi balon dari serangan lawan. Pada dasarnya, lomba pecah balon ini hampir sama dengan permainan ayam dan elang, namun ditambahkan balon untuk menambahkan kemeriahan lomba khas 17 Agustus.

Lomba pecah balon ini diikuti oleh 3 regu yang bersiap di lapangan, kemudian wasit akan meniup peluit sebagai tanda dimulainya permainan. Setelah itu, masing-masing regu mulai bergerak untuk memecahkan balon lawan, sekaligus melindungi balonnya sendiri. Suasana lomba berlangsung sangat meriah karena semua regu saling mengejar dan saling menabrakkan diri satu sama lain.

Sementara itu di tempat terpisah yaitu Kelurahan Bener, warga menggelar lomba voli duduk sebagai salah satu kegiatan untuk menyemarakkan tujuh belasan di kampung. Voli duduk juga dikenal sebagai salah satu cabang olahraga di Asian Para Games, atau olahraga voli dengan posisi duduk bagi penyandang disabilitas. Oleh warga Kelurahan Bener, voli duduk kemudian diadaptasi untuk dapat dimainkan bersama.

Voli duduk yang diselenggarakan oleh panitia tujuh belasan di Kelurahan Bener mempunyai beberapa aturan, diantaranya adalah pantat yang harus menempel di lantai ketika permainan sudah dimulai. Jika peserta ketahuan mengangkat pantat, maka wasit akan meniup peluit sebagai tanda adanya pelanggaran. Hal ini tentunya menjadi tantangan tersendiri karena warga harus mengejar dan memukul bola dalam keadaan pantat menempel di lantai. Kemudian sepanjang permainan voli duduk di Kelurahan Bener, kesalahan yang paling umum dilakukan warga adalah mengangkat pantat. (Dit/Tya)