Menanamkan Rasa Cinta Bahasa dan Sastra Jawa pada Kaum Milenial
Upaya Pemerintah Kota Yogyakarta dalam melestarikan dan mendekatkan tradisi sastra kepada generasi muda terus dilakukan. Salah satunya yang dilakukan oleh Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Kota Yogyakarta dalam gelaran lomba Bahasa dan Sastra Jawa, Senin (22/8) di Taman Pintar Yogyakarta. Harapannya dengan gelaran ini kaum milenial mampu melestarikan warisan budaya agar eksistensi bahasa, sastra dan aksara Jawa terus dilestarikan.
Beda dari tahun sebelumnya pendaftar sebanyak 382 peserta, untuk tahun ini dengan sasaran pelajar SD, SMP, SMA/SMK dan masyarakat umum yang mencapai 545 peserta dengan mengikuti lomba macapat, lomba maca cerkak, lomba alih aksara, dan lomba geguritan. Selain itu untuk tingkat SMP dan SMA/SMK mengikuti lomba sesorah dan tingkat SMA lomba pranata adicara.
Kepala Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Kota Yogyakarta, Yetti Martanti mengatakan, gelaran Kompetisi Bahasa dan Sastra Jawa ini menjadi ajang pesta tahunan bagi pelaku sastra anak, remaja maupun dewasa di Kota Yogyakarta. Harapannya kegiatan ini dapat menanamkan rasa cinta terhadap bahasa dan sastra Jawa pada kaum milenial.
Ia menambahkan pada tahun 2021 lalu, Kota Yogyakarta berhasil meraih juara umum pada penyelenggaraan Kompetisi Bahasa dan Sastra tingkat DIY. "Tentunya prestasi ini tak lepas dari cinta, kekuatan dan dukungan dari semua pihak, untuk ikut handarbeni dan saiyeg saeka praya dalam pengembangan, pelestarian, dan pemanfaatan bahasa dan budaya Jawa bersama seluruh masyarakat Kota Yogyakarta," ujarnya.
Dalam proses seleksi dilakukan melalui dua tahap. Tahap pertama dilakukan untuk memilih lima nominator terbaik dari masing-masing lomba, sebagian telah dilaksanakan pada 8-10 Agustus 2022 di Taman Pintar. Khusus untuk Lomba Alih Aksara seleksi tahap pertama dilaksanakan secara langsung.
Seleksi tahap kedua berupa penampilan langsung dari lima nomine dari masing-masing lomba. Ini diselenggarakan sejak Senin 22-25 Agustus 2022 di area Hall Phytagoras dan Playground Taman Pintar Yogyakarta.
Setelah itu, nantinya akan dipilih tiga peserta terbaik yang akan maju ke lomba di tingkat DIY pada bulan September mendatang. Kecuali lomba mendongeng hanya di tingkat Kota Yogyakarta saja.
Dewan Kebudayaan Kota Yogya sekaligus sebagai juri lomba aksara Jawa Paksi Raras Alit mengungkapkan, lomba ini dibutuhkan kriteria ketepatan, kerapian dan estetika. Pihaknya sangat antusias melihat generasi muda yang semangatnya luar biasa.
"Senang partisipasi warga luar biasa, paling tidak aksara jawa tidak perlu dikhawatirkan karena banyak anak muda yang menyukainya," ujarnya.
Menurutnya, yang perlu ditambah adalah media aksara jawa dan bahasa jawa berbentuk gambar agar generasi muda lebih familiar melihatnya.
''Anak usia dini ketemu aksara Jawa dan bahasa Jawa tetapi tidak disekolah melainkan ditempat umum, itu efektif membiasakan anak melihat dan membaca sehingga cepat dihafal. Namun ini butuh proses dan biaya," jelasnya.
Sementara itu, salah satu peserta lomba geguritan Kenzie Adya Fahraza, kelas 4 SD mengatakan, ikut kegiatan ini berlatih selama dua minggu dengan keseharian belajar berkomunikasi menggunakan bahasa jawa.
"Semoga dapat juara satu dan membanggakan kedua orang tua. Belajar geguritan selama dua minggu dengan sehari-hari berbicara bahasa Jawa," ujarnya. (Hes)