Jelajah Kuliner Tradisional Jenang Gempol dan Dawet Camcau Bu Tum Pasar Pathuk
Jenang gempol, salah satu sajian tradisional khas Yogyakarta yang berupa bubur sumsum gula merah dan gempol kuah santan. Cita rasa bubur yang manis dan gempol kuah santan yang gurih sangat cocok dinikmati sebagai menu sarapan.
Tapi sekarang sudah semakin sedikit penjual makanan tradisional yang satu ini, salah satu yang masih bertahan dan eksis adalah Jenang Gempol Bu Tum yang berlokasi di Pasar Pathuk Yogyakarta. Wanita bernama Tuminah ini adalah generasi ketiga dari keluarganya yang berjualan jenang gempol secara turun temurun.
“Kalau jualan di Pasar Pathuk ini udah dari lima tahun yang lalu. Saya itu nerusin jualan Ibu di sini. Tapi sebelumnya ya memang jualan jenang gempol sendiri di jalan kemetiran. Pelanggan Ibu pada nyariin jadi ya saya yang pindah,” ujar Tuminah saat ditemui di lapaknya pada Selasa (23/8).
Ketrampilan membuat jenang gempol, tentu saja Tuminah dapatkan dari ibunya. Karena menggunakan resep keluarga, Tuminah berusaha menjaga kualitas jenang gempolnya. Hal ini dilakukannya dengan menggunakan jenis beras khusus untuk bahan gempol maupun jenangnya. Begitu juga dengan olahan santannya yang khas.
“Untuk gempolnya ini orang pada suka karena pas disiram santan gurihnya pas. Nah santannya ini memang unik dan kami bikin dadakan di lapak. Pakainya bukan santan yang direbus mendidih, tapi santan ini dari perasan parutan kelapa yang disiram air hangat lalu ditambah sedikit garam,” ujar Tuminah.
Tidah hanya menjajakan jenang gempol saja, Tuminah juga menawarkan menu dawet camcau, yang saat ini sudah sangat sulit ditemukan di lapak pedagang lain. Apalagi dalam proses pembuatannya masih sangat tradisional dan dibuat secara manual.
Pembeli Jenang Gempol Bu Tum rata-rata adalah masyarakat lokal Yogyakarta. Tua, muda, banyak yang cocok dengan cita rasa jenang gempol buatannya. Bahkan ada salah satu pelanggannya yang kini sudah berdomisili di Jakarta, secara khusus memesan sepuluh porsi jenang gempol untuk dibawanya ke Ibu Kota ketika sedang pulang kampung ke Yogya. Pelanggan tersebut adalah Ana Daduk, pelanggan jenang gempol sejak Ibunda Tuminah masih berjualan yang sekarang merantau ke Jakarta bersama anak cucunya.
“Kalau sedang ke Yogyakarta pasti beli jenang gempol di sini. Selain buat dimakan di sini, nanti pesan untuk bungkus juga buat dibawa ke Jakarta. Naik pesawat kan hanya satu jam, jadi masih tahan dan bisa disimpan di kulkas untuk besok,” tutur Ana.
Selain Ana ada juga Damasus dan Elisabeth, pasangan muda yang gemar menjelajahi kulier tradisional ini mengaku cocok dengan cita rasa Jenang Gempol Bu Tum. Menurut mereka dengan harga lima ribu rupiah, sudah sangat sepadan dengan satu porsi jenang gempol yang mengenyangkan untuk sarapan.
“Kebetulan ini baru pernah nyoba karena kemarin sempat viral di media sosial, ternyata memang seenak itu. Untuk jenang gempolnya cocok dan pas buat sarapan. Kalau dawet camcau ini seger ya, dan sekarang udah makin susah nemu dawet camcau tradisional ini. Mantap dan recommended banget untuk dicoba,” ungkap Damasus dan Elisabeth.
Jenang Gempol Bu Tum Pasar Pathuk mulai buka pukul 07.00 hingga 10.00 WIB. Saat akhir pekan biasanya lebih cepat habis. Satu porsi jenang gempol ataupun dawet camcau hanya dibanderol lima ribu rupiah. Bisa makan di tempat, bungkus, atau pesan dalam jumlah besar. Tersedia juga satu kilo camcau yang bisa dibeli dengan harga sepuluh ribu rupiah saja. (Jul)